Minggu, 13 Mei 2012

PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA UDANG


Oleh MARLIA CHANDRA MARTTA, S.Pi. BBPBAP Jepara-2009



Tambak yang ada di Indonesia sudah ada sejak zaman Majapahit hal ini terlihat adanya bangunan berbentuk persegi panjang yang terletak di pinggir sungai Bengawan Solo, hanya saja bentuk bangunannya masih sangat sederhana. Berdasarkan penjelasan Schuster (1940) bahwa pembangunan tambak diawali dengan pembuatan bendungan kecil oleh orang-orang yang tinggal di wilayah pantai dan bendungan tersebut di penuhi ikan bandeng (Chanos chanos).

Sesuai dengan meningkatnya peradaban manusia dan kemajuan teknologi, maka masyarakat mulai mengembangkan usahanya untuk kegiatan pertambakan yang lebih baik. Upaya pembukaan lahan baru dan pemanfaatan lahan yang lama di lakukan untuk usaha pertambakan. Persyaratan lokasi untuk kegiatan budidaya udang merupakan keharusan teknis dan disesuaikan dengan tata ruang potensi lahan serta infrastruktur yang ada di lingkungan tersebut (Adiwidjaya, 2006). Lokasi dalam kegiatan budidaya merupakan faktor utama berkaitan dengan sumber air dan kemudahan transportasi (berhubungan dengan pengangkutan sarana produksi kegiatan tambak dan mempermudah pemanenan).

Daerah dengan minimnya pasok air dan menurunnya daya dukung lahan bisa menggunakan teknologi pemeliharaan sederhana atau tradisional sedangkan lahan dengan kondisi daya dukung lingkungan yang baik (sumber air optimal, kemudahan ketersediaan sarana dan produksi) bisa menggunakan teknologi pemeliharaan semi intensif atau intensif. Berdasarkan CBIB (Cara Budidaya Ikan yang Baik) dijelaskan bahwa lokasi unit usaha berada pada lingkungan yang sesuai di mana resiko keamanan pangan dari bahaya kimia, biologi dan fisik di minimalisir.

Sukses tidaknya usaha budidaya udang di tambak dapat ditentukan dengan langkah awal yang urgen dalam hal ini PEMILIHAN LOKASI untuk mendukung kebutuhan biologis udang yang harus terpenuhi. [emilihan lokasi tambak ini dilakukan demi terpenuhinya persyaratan teknis baik daroi segi lingkungan maupun dari segi fisik/lahan. Persyaratan lokasi untuk tambak pembesaran udang secara umum tidak jauh berbeda dengan jenis udang lainnya (terutama untuk udang jenis payau).
Persyaratan dalam pemilihan lokasi tambak yang perlu di perhatikan diantaranya adalah sebagai berikut  :
1.         TOPOGRAFI, yang merupakan tingkat kerataan lahan. Untuk mengetahui tingkat kerataan lahan dilakuan pemetaan secara ”grid” dengan scale 1:25 s/d 1:100.
Ø  Lokasi tambak harus memiliki kontur yang relatif rata dan elevasi ideal, hal ini untuk mempermudah pengerjaan pembuatan tambak dengan biaya yang rendah. Topografi berkaitan dengan letak ketinggian lokasi dan pasang surut

Ø  Apabila lokasi tambak bergelombang hal ini tidak menguntungkan dari segi rancang bangun maupun operasional tambak nantinya KARENA
a.        Meratakan tanah butuh biaya besar
b.        Dalam meratakan tanah yang bergelombang otomatis akan menghilangkan “top soil” karena bagian yang tinggi dipotong dan bagian yang dalam akan ditimbun tanah sehingga upaya ini membutuhkan biaya yang relatif besar dan waktu yang cukup lama serta tingkat kesuburan yang tidak merata.

Cat : Untuk lahan yang baru di buka biasanya bersifat asam, penimbunan dan penggalian tanah menimbulkan masalah baru yakni memberikan kesempatan oksidasi pyrit yang cukup sulit diatasi. Kondisi pyrit di tandai dengan munculnya warna merah kekuning-kuningan pada lapisan permukaan tanah dan air.
Contoh ; peta kontur lokasi tambak

Tanah sepanjang pantai (beberapa meter dari permukaan air laut) dengan suhu rata-rata 26 – 28 ˚C

2.        ELEVASI, atau kemiringan lahan. Berkaitan dengan kemampuan irigasi tanah.



Gambar 1. Penampang bentuk lahan dan sudut elevasi yang berbeda

Lahan yang sudut elevasinya terlalu besar akan menyulitkan dalam pembangunan tambak terutama pada bagian hulu. Pengelolaan air pada bagian hulu banyak mengalami kendala yakni tidak mendapatkan air pasok yang cukup setiap saat baik kualitas atauapun kuantitas sehingga dalam pemasukan air diperlukan pompa atau menggali tanah yang lebih dalam sehingga penggalian tanah ini akan berpeluang munculnya pyrit.

3.        VEGETASI, merupakan petunjuk alami mengenai jenis tanah, elevasi, salinitas, kandungan tanah asam sulfat dan berkaitan dengan sumber mineral tanah yang terkandung di sekitar lokasi tersebut. Menurut Adiwidjaya 2006 dijelaskan bahwa apabila dominasi vegetasi di daerah tersebut mangrove maka tanah tersebut ideal untuk pembuatan tambak, apabila dominasi vegetasi tersebut nipah maka tanah tersebut tidak cocok untuk tambak karena ”tanah asam” potensi sebagai tanah pyrit.

Berikut ini parameter fisik dan kimia dari lokasi dengan dominasi tumbuhnya jenis  vegetasi di areal calon lokasi tambak (Tabel 1).

Tabel 1. Dominasi tumbuhnya jenis  vegetasi di areal calon lokasi tambak

Nipah (Nipa fructicans) dan Api-api (Avicenia sp)
Bakau (Mangrove)
1.     Kandungan bahan organik tinggi
2.     Kandungan liat tinggi
3.     Salinitas air rendah (5-10 ppt)
1.       Tidak berkarang
2.      Elevasi yang cukup rendah sehingga air pasang dapat menjangkau daerah ini dengan baik.
   
Dalam pembersihan tumbuhan harus dilakukan sampai benar-benar bersih karena sisa batang/akar tumbuhan dapat mengakibatkan tanah kurang kompak dan pH tanah menjadi rendah. Hal ini disebabkan karena adanya pembusukan yang akan berpengaruh langsung terhadap kualitas air.
 
4.        SUMBER AIR, Suplai air dalam jumlah yang cukup tersedia (debit air cukup), ada sepanjang tahun, tidak adanya tingkat pencemaran,  parameter fisik dan kimia air. Keluar masuknya air ke dalam tambak cukup dengan gaya gravitasi pada saat air pasang. Perbedaan pasang surut yang ideal 1.5 – 2.5 m.
Data pasang surut penting untuk :
a.      Tata letak dasar tambak
b.     Dasar saluran primer/utama
c.      Dasar saluran sekunder
d.     Lebar dan tinggi pematang serta dimensi saluran inlet dan outlet
Cat =
  1. Sumber air meliputi = KUALITAS AIR DAN PASANG SURUT
  2. Sebelum menentukan tata letak dasar tambak yang harus dilakukan adalah menentukan titik datum (yaitu titik pasang terendah) 0 + 0 cm kemudian dipasang BM ”Behn Mark”. Dari zero datum sebagai dasar penentu tata letak konstruksi tambak yang akan di bangun.

Letak dasar saluran utama yang ideal 40 cm di bawah titik zero datum AGAR saat surut terendah saluran utama yang berfungsi sebagai inlet tetap terisi air. Untuk dasar saluran pembuangan kurang lebih 25 cm, posisi letak dasar caren dalam petak tambak kurang lebih 40 cm dan letak dasar tambak pelataran 100 cm, tinggi pematang utama yang ideal disarankan 50 cm dasar pasang tertinggi.

Kualitas Air
Berikut ini persyaratan parameter kualitas air yang layak dalam masa pemeliharaan berdasarkan SNI 01-7246-2006 (tabel 2 dan 3).

Tabel 2. Parameter Kualitas Air petak tandon
NO
PARAMETER AIR
SATUAN
KISARAN OPTIMAL
1
Salinitas
Ppm
10 – 40
2
Suhu
°C
28 – 30
3
pH

7.5 – 8.5
4
DO, minimal
mg/L
3
5
Alkalinitas
mg/L
100 – 200
6
B.Organik, maksimal
mg/L
55
7
Total padatan terlarut
mg/L
150 - 200
8
Unsur hara
-      Cu
-      Pb
-      Cd

mg/L
mg/L
mg/ L

0 – 0.01
0 – 0.3
0 – 0,01

Tabel 3. Parameter kualitas air pemeliharaan budidaya udang.
NO
PARAMETER AIR
SATUAN
KISARAN OPTIMAL
1
Salinitas
Ppm
15 – 25
2
Suhu
°C
28,5 – 31,5
3
pH

7.5 – 8.5
4
DO, minimal
mg/L
3.5
5
Alkalinitas
mg/L
100 – 150
6
B.Organik, maksimal
mg/L
55
7
Amoniak total, maksimal
mg/L
0.01
8
Nitrit
mg/L
0.01
9
Nitrat
mg/L
0.5
10
Phosphat
mg/L
0.1
11
Ketinggian air
Cm
120 - 200
12
Kecerahan air
Cm
30 – 45

Pasang Surut

Jenis perairan baik itu payau atau tawar tergantung dari jenis kultivan (udang) yang akan di pelihara, untuk daerah pertambakan yang cocok adalah daerah pasang surut dengan  fluktuasi pasang surut 2 -3 meter. Seperti yang diketahui bahwa lebih dari 75% dari planet bumi terdiri dari air, khususnya air laut. Dan pasang surut di pengaruhi oleh 3 planet besar yakni = matahari-bumi-bulan.

Type Pasang Surut





5.     TANAH, tekstur tanah berkaitan dengan kemampuan tanah untuk dibentuk dan dijadikan tanggul sehingga mampu menahan tekanan air sampai ketinggian yang diinginkan. Tekstur tanah yang ideal untuk kegiatan usaha budidya udang adalah tanah liat berpasir (sandy clay) atau liat berlumpur (clay loam) karena tanah tersebut baik untuk pematang karena kompak, kuat, dapat menahan air dan tidak pecah pecah.

Tekstur tanah dasar terdiri dari lumpur liat berdebu/ lumpur berpasir dengan kandungan pasir tidak lebih dari 20 % dan tidak porous.
Ø    Tanah dengan kandungan pasir tinggi akan sangat porus dan sulit ditumbuhi pakan alami/plankton.
Ø    Sedangkan tanah dengan kandungan debu tinggi kurang kompak dalam keadaan kering sehingga mudah longsor.

Selain itu konstruksi petakan yang akan digunakan untuk berbudidaya harus kedap air hal ini untuk memudahkan kegiatan produksi dan meminimalkan penularan penyakit. Kutty 2006 menjelaskan bahwa :
1)     Tekstur tanah Liat diameter 0.05 – 0.002 mm (terasa lembut seperti bedak).
2)    Tekstur tanah Pasir diameter 2 – 0,05 mm (individual partikel)
3)    Tekstur tanah Lempung diameter <  0.002 mm (terasa kasar)

Cat = Secara garis besar fraksi tanah ’liat berpasir” baik untuk tanggul tambak

Selain tekstur tanah, warna tanah juga menjadi indikator kelaancaraan proses dekomposisi berikut ini Berikut ini tabel warna sedimen (Reis, 1903 dalam Iskandar 1986)

Tabel 4. Warna sedimen tanah

NO
Warna Tanah
Pot Redok (mV)
Senyawa
KET
1
Coklat
- 100
Fe(OH)3
Dekomposisi Oxic
2
Hitam
< - 200
FeS
Dekomposisi anoxic
3
Abu-abu
- 100 s/d - 200
FeS2
Dekomposisi terhambat

Parameter kualitas tanah merupakan salah satu faktor utama yang diperhatikan dalam pemilihan lokasi budidaya (di sesuaikan dengan jenis kultivan yang akan di pelihara), Untuk kultivan udang yang merupakan hewan based living dengan menghabiskan hidupnya di bagian dasar permukaan maka tanah dengan kualitas yang laayak akan menunjaang bagi kelangsungan hidup udang. Berikut ini parameter kualitas tanah yang ideal untuk di jadikan tambak pemeliharaan udang (Tabel 5)

Tabel 5. Parameter Kualitas Tanah untuk pemeliharaan budidaya udang
NO
PARAMETER TANAH
SATUAN
KISARAN OPTIMAL
1
pH

5.5 - 7
2
B.Organik, maksimal
mg/L
5 – 7
3
Potensial redoks,maksimal
mV
50
4
Nitrit
mg/L
0.03 – 0.05
5
H2S
mg/L
0.05 – 0.10
6
Phosphat
mg/L
0.30 – 0.50
7
Tekstur
-      Liat
-      Pasir
-      Lempung
%

20 – 50
50 – 70
10 - 20
8
Unsur Hara tanah*)
-      Nitrogen
-      Kalium
-      Kalsium
-      Magnesium
-      Total besi

%
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0.21
500
700
300
< 1
         Berdasarkan SNI 01-7246-2006 dan *) Ditjenkan 2003


6.     IKLIM, Indonesia merupakan daerah dengan 2 iklim (penghujan dan kemarau). Mengingat perkembangan zaman sekarang dengan pemanasan global ini sukar dipastikan kapan musim penghujan dan kapan musim kemarau. Meski begitu bagi calon petambak yang akan menentukan calon lokasi tambak perlu melakukan pencatatan data curah hujan. Data ini bisa di peroleh di BMG (Badan Meterologi Geofisika). Data curah hujan dan angin penting bagi perencanaan tata letak (lay out) dan desain tambak dan perencanaan waktu pembangunan konstruksi di mulai (Trobos, 2008)

Cat = Data curah hujan berguna dalam menghitung ketinggian tanggul utama agar tambak tidak kebanjiran juga pengaturan pergiliran penebaran kultivan dan jenis kultivan yang akan di pelihara


7.     NON TEKNIS,

Ø  Transportasi, berhubungan sarana produksi dan pemasaran hasil. Kemudahan sarana dari segi ekonomis bisa menekan biaya operasional selain itu memperpendek waktu pengangkutan hasil panen sehingga hasil panen dapat diterima pasar dengan kondisi yang lebih fresh sehingga menaikkan angka jual.

Ø  Tenaga Kerja, sumber daya manusia yang cukup terampil dan ahli dalam menangani budidaya sebagai penentu keberhasilan karena dalam hal pemeliharaan dibutuhkan monitoring secara berkala.

Ø  Dukungan Pemerintah, melalui instansi-instansi yang terkait sangat memperlancar usaha terutama dalam hal :
a.    Kemudahan fasilitas perijinan, legalitas kepemilikan tambak
b.    Penyediaan sarana dan prasarana produksi (pembangunan jalan dan perbaikan jaringan pengairan)
c.    Pemasaran hasil
d.    Penyuluhan tentang pertambakan
e.    Keamanan.


 PRAKTEK PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA UDANG

1.         KUALITAS AIR, Air merupakan salah satu faktor utama mengingat kultivan tambak yang dipelihara 100% hidup di air. Dan plankton sebagai sumber pakan alami di tambak. Cara untuk mengetahui kesuburan suatu petakan dengan cara
a.          Kimia, melalui bahan-bahan kimia
b.    Fisik, secara organoleptik diantaranya :
Untuk mengetahui keberadaan plankton
-          Siapkan gelas yang tembus pandang ukuran 250 ml kemudian d isi air
-          Diamkan ± 15 menit (taruh di tempat yang rata,arahkan di sinar matahari)
-          Amati, yang mengendap itu berarti ENDAPAN, melayang Plankton.
Untuk mengetahui dominasi plankton
-          Bila warna air tambak hijau tua = dominasi  Chlorophyceae
-          Bila warna air tambak coklat = dominasi Diatome

2.        KUALITAS TANAH. Tanah merupakan salah satui faktor utama, dan tingkat dominasi mikrobiologi dan bahan kimia yang berbahaya ada bagian ini. Mengingat udang merupakan hewan yang mendominasi hidupnya di tanah. Pengetesan kelayakan tanah yang dapat digunakan dalam budidaya tambak melalui :
a.    Kimia, dengan bahan-bahan kimia. Salah satunya dengan menggunakan HCL (bila berbau menyengat seperti orang kentut maka tanah tersebut mengandung H2S, semakin bau H2S semakin tinggi
b.    Fisik, secara organoleptik
Untuk mengetahui warna tanah tambak, perbedaan warna sedimen tanah sangat jelas terlihat pada profil sedimen. Pada bagian permukaan biasanya warna coklat kemudian hitam. Perbaikan warna darui lumpur hitam menjadi coklat berlangsung dalam waktu beberapa jam setelah mengalami oksidasi

Untuk mengetahui tekstur tanah secara organoleptik diantaranya :
-          Ambil tanah kemudian bentuk kepalan kemudian lempar ke udara
-          Amati apa yang terjadi, apakan kompak ataukah ambyar ????. Jika mudah pecah berarti tanah kurang kompak jadi kurang cocok untuk di jadikan tambak.
Untuk mengetahui tingkat bau tanah secara organoleptik dengan di cium aroma tanahnya
Untuk mengetahui kecocokan lahan menggunakan indera perasa (lidah) bila terasa ada yang menggelitik maka tanah tersebut cocok untuk udang


DAFTAR PUSTAKA

Adiwidjaya, D, Murdjani. 2006. Good Aquaculture Practise (GAP) Pada Budidaya Udang.. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.

Iskandar Dadang. 1986. Bagaimana Memilih Lokasi Tambak yang Baik. Dirjen Perikanan Budidaya.

Kutty, et.al. 2006. Aquaculture Principles and Practise. Second Edition.

Marlia Chandra M. 2009. Bahan Ajar Pelatihan PPTK. Jepara.

SNI Budidaya Udang Vaname SNI 01-7246-2006

Schuster, Rosita, A.T. 1940. Site Selection For Brackiswater Ponds. Internasional Develompment Research Centre

Trobos, No 110 Nov 2008 tahun IX.