Oleh MARLIA CHANDRA MARTTA, S.Pi. BBPBAP Jepara-2009
Tambak
yang ada di Indonesia sudah ada sejak zaman Majapahit hal ini terlihat
adanya bangunan berbentuk persegi panjang yang terletak di pinggir
sungai Bengawan Solo, hanya saja bentuk bangunannya masih sangat
sederhana. Berdasarkan penjelasan Schuster (1940) bahwa pembangunan
tambak diawali dengan pembuatan bendungan kecil oleh orang-orang yang
tinggal di wilayah pantai dan bendungan tersebut di penuhi ikan bandeng (Chanos chanos).
Sesuai
dengan meningkatnya peradaban manusia dan kemajuan teknologi, maka
masyarakat mulai mengembangkan usahanya untuk kegiatan pertambakan yang
lebih baik. Upaya pembukaan lahan baru dan pemanfaatan lahan yang lama
di lakukan untuk usaha pertambakan. Persyaratan lokasi untuk kegiatan
budidaya udang merupakan keharusan teknis dan disesuaikan dengan tata
ruang potensi lahan serta infrastruktur yang ada di lingkungan tersebut
(Adiwidjaya, 2006).
Lokasi dalam kegiatan budidaya merupakan faktor utama berkaitan dengan
sumber air dan kemudahan transportasi (berhubungan dengan pengangkutan
sarana produksi kegiatan tambak dan mempermudah pemanenan).
Daerah
dengan minimnya pasok air dan menurunnya daya dukung lahan bisa
menggunakan teknologi pemeliharaan sederhana atau tradisional sedangkan
lahan dengan kondisi daya dukung lingkungan yang baik (sumber air
optimal, kemudahan ketersediaan sarana dan produksi) bisa menggunakan
teknologi pemeliharaan semi intensif atau intensif. Berdasarkan CBIB
(Cara Budidaya Ikan yang Baik) dijelaskan bahwa lokasi unit usaha berada
pada lingkungan yang sesuai di mana resiko keamanan pangan dari bahaya
kimia, biologi dan fisik di minimalisir.
Sukses tidaknya usaha budidaya udang di tambak dapat ditentukan dengan langkah awal yang urgen dalam hal ini PEMILIHAN LOKASI untuk mendukung kebutuhan
biologis udang yang harus terpenuhi. [emilihan lokasi tambak ini
dilakukan demi terpenuhinya persyaratan teknis baik daroi segi
lingkungan maupun dari segi fisik/lahan. Persyaratan lokasi untuk tambak
pembesaran udang secara umum tidak jauh berbeda dengan jenis udang
lainnya (terutama untuk udang jenis payau).
Persyaratan dalam pemilihan lokasi tambak yang perlu di perhatikan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. TOPOGRAFI, yang merupakan tingkat kerataan lahan. Untuk mengetahui tingkat kerataan lahan dilakuan pemetaan secara ”grid” dengan scale 1:25 s/d 1:100.
Ø Lokasi
tambak harus memiliki kontur yang relatif rata dan elevasi ideal, hal
ini untuk mempermudah pengerjaan pembuatan tambak dengan biaya yang
rendah. Topografi berkaitan dengan letak ketinggian lokasi dan pasang
surut
Ø Apabila lokasi tambak bergelombang hal ini tidak menguntungkan dari segi rancang bangun maupun operasional tambak nantinya KARENA
a. Meratakan tanah butuh biaya besar
b. Dalam
meratakan tanah yang bergelombang otomatis akan menghilangkan “top
soil” karena bagian yang tinggi dipotong dan bagian yang dalam akan
ditimbun tanah sehingga upaya ini membutuhkan biaya yang relatif besar
dan waktu yang cukup lama serta tingkat kesuburan yang tidak merata.
Cat
: Untuk lahan yang baru di buka biasanya bersifat asam, penimbunan dan
penggalian tanah menimbulkan masalah baru yakni memberikan kesempatan
oksidasi pyrit yang cukup sulit diatasi. Kondisi pyrit di tandai dengan
munculnya warna merah kekuning-kuningan pada lapisan permukaan tanah dan
air.
Contoh ; peta kontur lokasi tambak
Tanah sepanjang pantai (beberapa meter dari permukaan air laut) dengan suhu rata-rata 26 – 28 ˚C
2. ELEVASI, atau kemiringan lahan. Berkaitan dengan kemampuan irigasi tanah.
Gambar 1. Penampang bentuk lahan dan sudut elevasi yang berbeda
Lahan
yang sudut elevasinya terlalu besar akan menyulitkan dalam pembangunan
tambak terutama pada bagian hulu. Pengelolaan air pada bagian hulu
banyak mengalami kendala yakni tidak mendapatkan air pasok yang cukup
setiap saat baik kualitas atauapun kuantitas sehingga dalam pemasukan
air diperlukan pompa atau menggali tanah yang lebih dalam sehingga
penggalian tanah ini akan berpeluang munculnya pyrit.
3. VEGETASI,
merupakan petunjuk alami mengenai jenis tanah, elevasi, salinitas,
kandungan tanah asam sulfat dan berkaitan dengan sumber mineral tanah
yang terkandung di sekitar lokasi tersebut. Menurut Adiwidjaya 2006
dijelaskan bahwa apabila dominasi vegetasi di daerah tersebut mangrove
maka tanah tersebut ideal untuk pembuatan tambak, apabila dominasi
vegetasi tersebut nipah maka tanah tersebut tidak cocok untuk tambak
karena ”tanah asam” potensi sebagai tanah pyrit.
Berikut ini parameter fisik dan kimia dari lokasi dengan dominasi tumbuhnya jenis vegetasi di areal calon lokasi tambak (Tabel 1).
Tabel 1. Dominasi tumbuhnya jenis vegetasi di areal calon lokasi tambak
Nipah (Nipa fructicans) dan Api-api (Avicenia sp)
|
Bakau (Mangrove)
|
1. Kandungan bahan organik tinggi
2. Kandungan liat tinggi
3. Salinitas air rendah (5-10 ppt)
|
1. Tidak berkarang
2. Elevasi yang cukup rendah sehingga air pasang dapat menjangkau daerah ini dengan baik.
|
Dalam
pembersihan tumbuhan harus dilakukan sampai benar-benar bersih karena
sisa batang/akar tumbuhan dapat mengakibatkan tanah kurang kompak dan pH
tanah menjadi rendah. Hal ini disebabkan karena adanya pembusukan yang
akan berpengaruh langsung terhadap kualitas air.
4. SUMBER AIR, Suplai air dalam jumlah yang cukup tersedia (debit air cukup), ada sepanjang tahun, tidak adanya tingkat pencemaran, parameter
fisik dan kimia air. Keluar masuknya air ke dalam tambak cukup dengan
gaya gravitasi pada saat air pasang. Perbedaan pasang surut yang ideal
1.5 – 2.5 m.
Data pasang surut penting untuk :
a. Tata letak dasar tambak
b. Dasar saluran primer/utama
c. Dasar saluran sekunder
d. Lebar dan tinggi pematang serta dimensi saluran inlet dan outlet
Cat =
- Sumber air meliputi = KUALITAS AIR DAN PASANG SURUT
- Sebelum menentukan tata letak dasar tambak yang harus dilakukan adalah menentukan titik datum (yaitu titik pasang terendah) 0 + 0 cm kemudian dipasang BM ”Behn Mark”. Dari zero datum sebagai dasar penentu tata letak konstruksi tambak yang akan di bangun.
Letak
dasar saluran utama yang ideal 40 cm di bawah titik zero datum AGAR
saat surut terendah saluran utama yang berfungsi sebagai inlet tetap
terisi air. Untuk dasar saluran pembuangan kurang lebih 25 cm, posisi
letak dasar caren dalam petak tambak kurang lebih 40 cm dan letak dasar
tambak pelataran 100 cm, tinggi pematang utama yang ideal disarankan 50
cm dasar pasang tertinggi.
Kualitas Air
Berikut ini persyaratan parameter kualitas air yang layak dalam masa pemeliharaan berdasarkan SNI 01-7246-2006 (tabel 2 dan 3).
Tabel 2. Parameter Kualitas Air petak tandon
NO
|
PARAMETER AIR
|
SATUAN
|
KISARAN OPTIMAL
|
1
|
Salinitas
|
Ppm
|
10 – 40
|
2
|
Suhu
|
°C
|
28 – 30
|
3
|
pH
| |
7.5 – 8.5
|
4
|
DO, minimal
|
mg/L
|
3
|
5
|
Alkalinitas
|
mg/L
|
100 – 200
|
6
|
B.Organik, maksimal
|
mg/L
|
55
|
7
|
Total padatan terlarut
|
mg/L
|
150 - 200
|
8
|
Unsur hara
- Cu
- Pb
- Cd
|
mg/L
mg/L
mg/ L
|
0 – 0.01
0 – 0.3
0 – 0,01
|
Tabel 3. Parameter kualitas air pemeliharaan budidaya udang.
NO
|
PARAMETER AIR
|
SATUAN
|
KISARAN OPTIMAL
|
1
|
Salinitas
|
Ppm
|
15 – 25
|
2
|
Suhu
|
°C
|
28,5 – 31,5
|
3
|
pH
| |
7.5 – 8.5
|
4
|
DO, minimal
|
mg/L
|
3.5
|
5
|
Alkalinitas
|
mg/L
|
100 – 150
|
6
|
B.Organik, maksimal
|
mg/L
|
55
|
7
|
Amoniak total, maksimal
|
mg/L
|
0.01
|
8
|
Nitrit
|
mg/L
|
0.01
|
9
|
Nitrat
|
mg/L
|
0.5
|
10
|
Phosphat
|
mg/L
|
0.1
|
11
|
Ketinggian air
|
Cm
|
120 - 200
|
12
|
Kecerahan air
|
Cm
|
30 – 45
|
Pasang Surut
Jenis
perairan baik itu payau atau tawar tergantung dari jenis kultivan
(udang) yang akan di pelihara, untuk daerah pertambakan yang cocok
adalah daerah pasang surut dengan fluktuasi pasang surut 2 -3 meter. Seperti yang diketahui bahwa lebih dari 75% dari planet bumi terdiri dari air, khususnya air laut. Dan pasang surut di pengaruhi oleh 3 planet besar yakni = matahari-bumi-bulan.
Type Pasang Surut
5. TANAH, tekstur
tanah berkaitan dengan kemampuan tanah untuk dibentuk dan dijadikan
tanggul sehingga mampu menahan tekanan air sampai ketinggian yang
diinginkan. Tekstur tanah yang ideal untuk kegiatan usaha budidya udang
adalah tanah liat berpasir (sandy clay) atau liat berlumpur (clay loam)
karena tanah tersebut baik untuk pematang karena kompak, kuat, dapat
menahan air dan tidak pecah pecah.
Tekstur
tanah dasar terdiri dari lumpur liat berdebu/ lumpur berpasir dengan
kandungan pasir tidak lebih dari 20 % dan tidak porous.
Ø Tanah dengan kandungan pasir tinggi akan sangat porus dan sulit ditumbuhi pakan alami/plankton.
Ø Sedangkan tanah dengan kandungan debu tinggi kurang kompak dalam keadaan kering sehingga mudah longsor.
Selain
itu konstruksi petakan yang akan digunakan untuk berbudidaya harus
kedap air hal ini untuk memudahkan kegiatan produksi dan meminimalkan
penularan penyakit. Kutty 2006 menjelaskan bahwa :
1) Tekstur tanah Liat diameter 0.05 – 0.002 mm (terasa lembut seperti bedak).
2) Tekstur tanah Pasir diameter 2 – 0,05 mm (individual partikel)
3) Tekstur tanah Lempung diameter < 0.002 mm (terasa kasar)
Cat = Secara garis besar fraksi tanah ’liat berpasir” baik untuk tanggul tambak
Selain
tekstur tanah, warna tanah juga menjadi indikator kelaancaraan proses
dekomposisi berikut ini Berikut ini tabel warna sedimen (Reis, 1903
dalam Iskandar 1986)
Tabel 4. Warna sedimen tanah
NO
|
Warna Tanah
|
Pot Redok (mV)
|
Senyawa
|
KET
|
1
|
Coklat
|
- 100
|
Fe(OH)3
|
Dekomposisi Oxic
|
2
|
Hitam
|
< - 200
|
FeS
|
Dekomposisi anoxic
|
3
|
Abu-abu
|
- 100 s/d - 200
|
FeS2
|
Dekomposisi terhambat
|
Parameter
kualitas tanah merupakan salah satu faktor utama yang diperhatikan
dalam pemilihan lokasi budidaya (di sesuaikan dengan jenis kultivan yang
akan di pelihara), Untuk kultivan udang yang merupakan hewan based
living dengan menghabiskan hidupnya di bagian dasar permukaan maka tanah
dengan kualitas yang laayak akan menunjaang bagi kelangsungan hidup
udang. Berikut ini parameter kualitas tanah yang ideal untuk di jadikan tambak pemeliharaan udang (Tabel 5)
Tabel 5. Parameter Kualitas Tanah untuk pemeliharaan budidaya udang
NO
|
PARAMETER TANAH
|
SATUAN
|
KISARAN OPTIMAL
|
1
|
pH
| |
5.5 - 7
|
2
|
B.Organik, maksimal
|
mg/L
|
5 – 7
|
3
|
Potensial redoks,maksimal
|
mV
|
50
|
4
|
Nitrit
|
mg/L
|
0.03 – 0.05
|
5
|
H2S
|
mg/L
|
0.05 – 0.10
|
6
|
Phosphat
|
mg/L
|
0.30 – 0.50
|
7
|
Tekstur
- Liat
- Pasir
- Lempung
|
%
|
20 – 50
50 – 70
10 - 20
|
8
|
Unsur Hara tanah*)
- Nitrogen
- Kalium
- Kalsium
- Magnesium
- Total besi
|
%
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
|
0.21
500
700
300
< 1
|
Berdasarkan SNI 01-7246-2006 dan *) Ditjenkan 2003
6. IKLIM, Indonesia merupakan daerah dengan 2 iklim (penghujan dan kemarau). Mengingat
perkembangan zaman sekarang dengan pemanasan global ini sukar
dipastikan kapan musim penghujan dan kapan musim kemarau. Meski begitu
bagi calon petambak yang akan menentukan calon lokasi tambak perlu
melakukan pencatatan data curah hujan. Data
ini bisa di peroleh di BMG (Badan Meterologi Geofisika). Data curah
hujan dan angin penting bagi perencanaan tata letak (lay out) dan desain
tambak dan perencanaan waktu pembangunan konstruksi di mulai (Trobos,
2008)
Cat
= Data curah hujan berguna dalam menghitung ketinggian tanggul utama
agar tambak tidak kebanjiran juga pengaturan pergiliran penebaran
kultivan dan jenis kultivan yang akan di pelihara
7. NON TEKNIS,
Ø Transportasi,
berhubungan sarana produksi dan pemasaran hasil. Kemudahan sarana dari
segi ekonomis bisa menekan biaya operasional selain itu memperpendek
waktu pengangkutan hasil panen sehingga hasil panen dapat diterima pasar
dengan kondisi yang lebih fresh sehingga menaikkan angka jual.
Ø Tenaga
Kerja, sumber daya manusia yang cukup terampil dan ahli dalam menangani
budidaya sebagai penentu keberhasilan karena dalam hal pemeliharaan
dibutuhkan monitoring secara berkala.
Ø Dukungan Pemerintah, melalui instansi-instansi yang terkait sangat memperlancar usaha terutama dalam hal :
a. Kemudahan fasilitas perijinan, legalitas kepemilikan tambak
b. Penyediaan sarana dan prasarana produksi (pembangunan jalan dan perbaikan jaringan pengairan)
c. Pemasaran hasil
d. Penyuluhan tentang pertambakan
e. Keamanan.
PRAKTEK PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA UDANG
1. KUALITAS AIR, Air
merupakan salah satu faktor utama mengingat kultivan tambak yang
dipelihara 100% hidup di air. Dan plankton sebagai sumber pakan alami di
tambak. Cara untuk mengetahui kesuburan suatu petakan dengan cara
a. Kimia, melalui bahan-bahan kimia
b. Fisik, secara organoleptik diantaranya :
Untuk mengetahui keberadaan plankton
- Siapkan gelas yang tembus pandang ukuran 250 ml kemudian d isi air
- Diamkan ± 15 menit (taruh di tempat yang rata,arahkan di sinar matahari)
- Amati, yang mengendap itu berarti ENDAPAN, melayang Plankton.
Untuk mengetahui dominasi plankton
- Bila warna air tambak hijau tua = dominasi Chlorophyceae
- Bila warna air tambak coklat = dominasi Diatome
2. KUALITAS TANAH. Tanah
merupakan salah satui faktor utama, dan tingkat dominasi mikrobiologi
dan bahan kimia yang berbahaya ada bagian ini. Mengingat udang merupakan
hewan yang mendominasi hidupnya di tanah. Pengetesan kelayakan tanah
yang dapat digunakan dalam budidaya tambak melalui :
a. Kimia,
dengan bahan-bahan kimia. Salah satunya dengan menggunakan HCL (bila
berbau menyengat seperti orang kentut maka tanah tersebut mengandung H2S, semakin bau H2S semakin tinggi
b. Fisik, secara organoleptik
Untuk
mengetahui warna tanah tambak, perbedaan warna sedimen tanah sangat
jelas terlihat pada profil sedimen. Pada bagian permukaan biasanya warna
coklat kemudian hitam. Perbaikan warna darui lumpur hitam menjadi
coklat berlangsung dalam waktu beberapa jam setelah mengalami oksidasi
Untuk mengetahui tekstur tanah secara organoleptik diantaranya :
- Ambil tanah kemudian bentuk kepalan kemudian lempar ke udara
- Amati
apa yang terjadi, apakan kompak ataukah ambyar ????. Jika mudah pecah
berarti tanah kurang kompak jadi kurang cocok untuk di jadikan tambak.
Untuk mengetahui tingkat bau tanah secara organoleptik dengan di cium aroma tanahnya
Untuk mengetahui kecocokan lahan menggunakan indera perasa (lidah) bila terasa ada yang menggelitik maka tanah tersebut cocok untuk udang
DAFTAR PUSTAKA
Adiwidjaya, D, Murdjani. 2006. Good Aquaculture Practise (GAP) Pada Budidaya Udang.. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.
Iskandar Dadang. 1986. Bagaimana Memilih Lokasi Tambak yang Baik. Dirjen Perikanan Budidaya.
Kutty, et.al. 2006. Aquaculture Principles and Practise. Second Edition.
Marlia Chandra M. 2009. Bahan Ajar Pelatihan PPTK. Jepara.
SNI Budidaya Udang Vaname SNI 01-7246-2006
Schuster, Rosita, A.T. 1940. Site Selection For Brackiswater Ponds. Internasional Develompment Research Centre
Trobos, No 110 Nov 2008 tahun IX.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar