Kamis, 29 Mei 2008

BUDIDAYA IKAN MANFISH

Oleh : M. Khairi Mizwar S.
Asal, Morfologi dan Kebiasaan Ikan Manfish
Manfish atau yang dikenal juga dengan istilah 'Angel fish' berasal dari perairan Amazon, Amerika Selatan. Manfish (Pterophyllum scalare) tergolong ke dalam famili Cichlidae, mempunyai ciri-ciri morfologis dan kebiasaan sebagai berikut:
- Memiliki warna dan jenis yang bervariasi
- Bentuk tubuh pipih, dengan tubuh seperti anak panah
- Sirip perut dan sirip punggungnya membentang lebar ke arah ekor, sehingga tampak sebagai busur yang berwarna gelap transparan
- Pada bagian dadanya terdapat dua buah sirip yang panjangnya menjuntai sampai ke bagian ekor.
- Menjaga dan melindungi keturunannya.
- Bersifat omnivorus
- Tergolong mudah menerima berbagai jenis makanan dalam berbagai bentuk dan sumber
Beberapa jenis ikan Manfish yang dikenal dan telah berkembang di Indonesia antara lain adalah: Diamond (Berlian), Imperial, Marble dan Black-White.
Diamond (Berlian) berwarna perak mengkilat sampai hijau keabuan. Pada bagian kepala atas terdapat warna kuning hingga coklat kehitaman yang menyusur sampai bagian punggung. Manfish Imperial mempunyai warna dasar perak, tetapi tubuhnya dihiasi empat buah garis vertikal berwarna hitam/coklat kehitaman. Manfish Marble memiliki warna campuran hitam dan putih yang membentuk garis vertikal. Sedangkan manfish Black-White mempunyai warna hitam menghiasi separuh tubuhnya bagian belakang, dan warna putih menghiasi separuh bagian depan termasuk bagian kepala.
Pengelolaan Induk
Ikan manfish dapat dijadikan induk setelah umurnya mencapai 7 bulan dengan ukuran panjang ± 7,5 cm. Untuk mencapai hasil yang optimal, induk harus dikelola dengan baik antara lain dengan pemberian pakan yang baik seperti jentik nyamuk, cacing Tubifex, atau Chironomous. Selain itu karena induk ikan manfish sangat peka terhadap serangan penyakit, maka perlu diberikan perlakukan obat secara periodik Obat yang biasa digunakan antara lain Oxytetracycline dan garam.
Sebelum dipijahkan, induk manfish dipelihara secara massal ( jantan dan betina ) terlebih dahulu dalam 1 akuarium besar (ukuran 100x60x60 cm3). Setelah matang telur, induk manfish akan berpasangan dan memisahkan dari ikan lainnya. Induk yang berpasangan tersebut sudah dapat diambil dan dipijahkan pada tempat pemijahan.
Selain itu dapat dilakukan, yaitu dengan memasangkan induk manfish secara langsung setelah mengetahui induk jantan dan betina. Induk jantan dicirikan dengan ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan induk betina. Kepala induk jantan terlihat agak besar dengan bagian antara mulut ke sirip punggung berbentuk cembung, serta bentuk badan lebih ramping dibandingkan dengan ikan betina. Sementara induk betina dicirikan oleh ukuran tubuh yang lebih kecil dan bentuk kepalanya yang lebih kecil dengan bagian perut yang lebih besar/gemuk serta terlihat agak menonjol.
Teknik Pemijahan
Pemijahan dilakukan di akuarium berukuran 60x50x40 cm3 dengan tinggi air ± 30 cm. Ke dalam akuarium tersebut diberikan aerasi untuk menyuplai oksigen.
Ikan manfish akan menempelkan telurnya pada substrat yang halus, misalnya potongan pipa PVC yang telah disiapkan/ditempatkan dalam akuarium pemijahan. Karena ikan manfish cenderung menyukai suasana yang gelap dan tenang, maka pada dinding akuarium dapat ditempelkan kertas atau plastik yang berwarna gelap.
Induk manfish akan memijah pada malam hari. Induk betina menempelkan telurnya pada substrat dan diikuti ikan jantan yang menyemprotkan spermanya pada semua telur, sehingga telur-telur tersebut terbuahi. Jumlah telur yang dihasilkan setiap induk berkisar antara 500-1000 butir. Selama masa pemijahan tersebut, induk tetap diberi pakan berupa cacing Tubifex, Chironomous atau Daphnia.
Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Telur yang menempel pada substrat selanjutnya dipindahkan ke akuarium penmetasan telur (berukuran 60x50x40 cm3) untuk ditetaskan. Pada air media penetasan sebaiknya ditambahkan obat anti jamur, antara lain Methyline Blue dengan dosis 1 ppm. Untuk menjaga kestabilan suhu, maka ke dalam media penetasan telur tersebut digunakan pemanas air (water heater) yang dipasang pada suhu 27-28oC.
Telur manfish akan menetas setelah 2-3 hari, dengan derajat penetasan telur berkisar 70-90%. Selanjutnya paralon tempat penempelan telur diangkat dan dilakukan perawatan larva hingga berumur ± 2 minggu.
Pakan yang diberikan selama pemeliharaan larva tersebut berupa pakan alami yang sesuai dengan bukaan mulut larva dan memiliki kandungan protein yang tinggi, antara lain nauplii Artemia sp. Pakan tersebut diberikan 2 kali sehari ( pagi dan sore ) hingga larva berumur ± 10 hari dan dilanjutkan dengan pemberian cacing Tubifex.
Pendederan dan Pembesaran
Setelah berumur ± 2 minggu, benih tersebut dapat dilakukan penjarangan untuk kemudian dilakukan pendederan sampai ikan berumur satu bulan.
Langkah berikutnya adalah memanen benih tersebut untuk dipindahkan ke dalam bak/wadah pembesaran. Dalam hal ini dapat digunakan bak fiber atau bak semen, tergantung wadah yang tersedia. Selama masa pembesaran, diupayakan agar ada aliran air ke dalam wadah pembesaran walaupun sedikit. Padat penebaran untuk pembesaran ikan manfish berkisar 100 ekor/m2. Pakan yang diberikan berupa cacing Tubifex atau pellet sampai benih berumur ± 2 bulan. Ukuran yang dicapai biasanya berkisar 3 - 5 cm. Jika pakan dan kualitas air mendukung, sintasan pada masa pembesaran dapat mencapai 70-90%. Selanjutnya benih manfish dapat dibesarkan lagi hingga mencapai ukuran calon induk atau induk dengan padat penebaran yang lebih kecil.
Penyakit dan Penanggulangannya
Ikan manfish dikenal cukup peka terhadap serangan penyakit, untuk itu diperlukan pengelolaan secara baik dengan menjaga kualitas air dan jumlah pakan yang diberikan. Beberapa jenis parasit yang biasa menyerang benih/induk Manfish antara lain adalah : Trichodina sp., Chillodonella sp. dan Epystilys sp. Sedangkan bakteri yang menginfeksi adalah Aeromonas hydrophilla. Beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk menanggulangi serangan penyakit parasitek antara lain : Formalin 25%, NaCl 500 ppm. Sedangkan untuk penyakit bakterial dapat digunakan Oxytetrachycline 5 - 10 ppm dengan cara perendaman 24 jam.


I. PILIHAN GANDA

1. Dibawah ini adalah teknik penyuntikan, kecuali :
Intra muscular
Intra cradinal
Intra pectorial
Intra peritoneal
Suntikan punggung

2. Perbandingan induk jantan dan betina pada pemijahan alami adalah :
2 : 1
1 : 2
1 : 1
3 : 1
1 : 3

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kematangan gonad adalah sebagai berikut, kecuali:

gen
umur
pakan
kualitas air
hormone

4. Lama aklimatisasi suhu pada telur adalah :
10 – 15 menit
15 – 20 menit
10 – 20 menit
15 – 30 menit
15 – 25 menit

5. Jika seorang pembudidaya menebar telur kerapu sebanyak 5000 butir. Setelah ia sampling ternyata terdapat 1500 butir telur yang buruk. Berapa prosentase telur yang buruk itu ?
10 %
15 %
20 %
25 %
30 %

6. Seorang peneliti menebar telur sebanyak 6000 butir. Setelah ia sampling ternyata telur yang menetas 500 butir. Berapa daya tetas telur tersebut ?

12,72 %
10,05 %
9,61 %
8,34 %
7,93 %

7. Ukuran benih yang termasuk dalam pemelihaaan benih fase pendederan adalah :
Post larva – benih kecil
Postlarva – benih besar
Benih besar – fingerling
Benih larva – fingerling
Fingerling – post larva

8. Benih ikan yang di pelihara harus di lakukan grading yang bertujuan untuk :
Menghindari kegagalan
Menghindari ukuran
Menghindari kanibalisme
Menghindari pertumbuhan
Menghindari perebutan pakan

9. Ukuran beih berkisar antara 1,0 – 2,5 cm di kelompokkan ke dalam:
Post larva
Fingerling kecil
Larva
Benih metamorfosis
Fingerling besar

10. Frekuensi pemberian pakan selama pemeliharaan benih ikan kerapu sebaiknya adalah
1 – 2 kali
3 – 4 kali
2 – 3 kali
5 – 7 kali
4 – 6 kali




I. ESSAY

1. Tuliskan beberapa factor yang mempengaruhi pemijahan dan penetasan telur !.
2. Jelaskan 3 teknik penyuntikan pada induk kerapu !.
3. Jelaskan ciri – ciri larva yang baik dan sehat !
4. Jika diketahui volume bak 2 m³. diisi air ¼ bagiannya. Untuk keperluan sampling diambil rata- rata 1 liter. Setelah di sampling ternyata terdapat 20 % telur buruk. Maka, carilah !....
Jumlah telur
Jumlah telur buruk
Jumlah larva
Daya tetas telur
5. Mengapa jumlah pakan alami pada bak larva harus selalu di cek ?

HAMA DAN PENYAKIT PADA UDANG WINDU, KERAPU DAN BANDENG.

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Makalah
Di dalam melakukan kegiatan budi daya, pengendalian hama dan penyakit sangat di perlukan untuk mencegah terjadinya kerugian oleh pembudi daya dan kerugian bagi orang banyak akibat mutu rendah dan penyakit yang menyerang. Untuk itu perlu di lakukan pemberantasan hama dan penyakit dengan baik, terutama pada saat pengolahan tanah pada tambak.
Adanya hama di dalam tambak sangat merugikan bagi para pembudi daya dan spesies itu sendiri. Untuk itu para pembudi daya juga perlu memahami lebih dalam jenis – jenis hama yang dapat mengganggu, merusak bahkan memangsa spesies yang di budi dayakan. Dengan di ketahuinya jenis – jenis hama tersebut maka pembudi daya dapat mencegahnya atau memberantasnya dengan memberi obat sesuai dengan jenis hama yang di ketahui. Begitu pula dengan penyakit, yang sangat merugikan sekali bagi pembudi daya karena adanya suatu penyakit dapat menyebabkan ikan / udang mati secara mendadak dalam jangka waktu yang singkat.
Berdasarkan hal – hal yang di kemukakan di atas, maka penyusun merumuskan suatu judul yaitu : HAMA DAN PENYAKIT PADA UDANG WINDU, KERAPU DAN BANDENG.

2. Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Pengelolaan Larva Bandeng Kerapu yang merupakan salah satu mata diklat produktif dalam program keahlian budi daya perikanan laut.

3. Manfaat Makalah
Adapun manfaat yang di dapat dari penyusunan makalah ini antara lain :
1. Secara akademis, untuk menambah ilmu pengetahuan tentang ilmu perikanan terutama dalam pengendalian hama dan penyakit pada ikan bandeng, kerapu, dan udang, yang mana pengetahuan tersebut merupakan salah satu kajian keilmuan pada program keahlian budi daya perikanan laut.
2. Secara praktis, di harapkan dapat memberikan masukan, sumbangan pemikiran kepada pengusaha / pembudi daya tambak dalam mencegah, mengendalikan dan mengobati ikan / udang yang di pelihara.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sejalan dengan berkembangnya usaha budidaya ikan laut tersebut, terdapat pula beberapa masalah yang mengganggu, sehingga menghambat perkembangan usaha budidaya, yaitu hama dan penyakit ikan. Apabila keadaan tersebut tidak segera ditanggulangi lebih awal, maka kegiatan budidaya ikan laut akan terganggu, akibatnya ikan akan menurun karena tingkat kematiannya tinggi.
Untuk menghindari hal tersebut perlu diupayakan pencegahan dan pengobatan terhadap hama dan penyakit ikan. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa tidak semua penyebab kematian dikarenakan penyakit, maka dalam menangani masalah ini, tindakan penanggulangannya dilakukan secara hati-hati dan teliti agar tidak menimbulkan kesalahan yang merugikan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan / udang terserang penyakit meliputi:
a. Faktor-faktor kimia dan fisika, antara lain:
· Perubahan salinitas air secara mendadak;
· pH yang terlalu rendah (air asam), dan pH yang terlalu tinggi (air basa/alkalis);
· Kekurangan oksigen dalam air;
· Zat beracun, pestisida (insektisida, herbisida dan sebagainya);
· Perubahan suhu air yang mendadak;
· Kerusakan mekanis (luka-luka);
· Perairan terkena polusi.
b. Makanan yang tidak baik :
· Kekurangan vitamin dan komposisi gizi yang buruk;
· Bahan makanan yang busuk dan mengandung kuman-kuman.
c. Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan.d. Stres
Stres yang terjadi pada ikan berkaitan dengan timbulnya penyakit pada ikan tersebut. Stres merupakan suatu rangsangan yang menaikkan batas keseimbangan psikologi dalam diri ikan terhadap lingkungannya. Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan akibat beberapa hal atau perlakuan misalnya akibat pengangkutan/transportasiikan-ikan yang dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti makan dan mengalami pelemahan daya tahan terhadap penyakit.
e. Kepadatan Ikan
Kepadatan ikan yang melebihi daya dukung perairan (carrying capacity) akan menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti ammonia akan meningkat sehingga dapat menimbulkan stres dan merupakan penyebab timbulnya serangan penyakit. (Anonim, 2005).
Penyebab penyakit di atas tergolongkan kedalam faktor intern (dari dalam), maksudnya penyebab penyakit itu masih di sebabkan oleh spesies itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal di sebabkan oleh lingkungan di sekitar tempat spesies di budi dayakan.
Timbulnya penyakit pada budidaya tambak salah satunya disebabkan karena menumpuknya limbah disekitar lingkungan tambak (faktor ekstern) sehingga menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme. Jika pertumbuhan mikroorganisme ini melimpah terutama pada golongan pengurai akan diikuti dengan turunnya kualitas air di sekeliling perusahaan hatchery (Anonim, 2004).




BAB III
H A M A

2.1. PENGERTIAN HAMA
Pada umumnya hama yang sering menyerang ikan / udang yang di budi dayakan itu sama hanya tergantung spesies yang di pelihara .
Hama tambak adalah segala macam hewan yang ada di tambak, selain yang dibudidayakan, dan dianggap merugikan karena mengurangi produktifitas maksimal, disebabkan hilangnya hewan budidaya karena proses makan memakan (predasi), terjadinya persaingan dalam pemanfaatan sumber energi atau menimbulkan kerugian di bidang fasilitas.
2.2. HAMA YANG MENYERANG IKAN DAN UDANG
Hama dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu :
2.2.1. Pemangsa (Predator)
Predator adalah hewan yang secara langsung membunuh dan memakan spesies yang di pelihara sehingga jumlah udang dalam petakan menjadi kurang. Di samping jumlah memakan spesies yang di pelihara berkurang, juga menimbulkan dampak lain seperti persaingan dalam pemanfaatan oksigen, mengurangi ruang lingkup bagi memakan spesies yang di pelihara, di samping itu jatah makanan yang seharusnya untuk hewan budi daya, akan di makan juga oleh hewan pemangsa sehingga pertumbuhan udang menjadi terhambat. Jenis-jenis hewan termasuk dalam golongan predator sangat banyak, mulai dari vertebrata tingkat rendah, yaitu ikan sampai vertebrata tingkat tinggi seperti lingsang. Bahkan jenis-jenis ikan, seperti payus (Elops hewaiensis), Bulan-bulan (Megalops cyprinoides), kerapu (Epinephelus sp.) dan Sphyraena sp., dan lain-lain.
2.2.2. Penyaing
Tabel . 1 : Jenis-jenis hewan penyaing yang sering ditemukan di tambak
Penyaing
Famili
Jenis-jenis
Cacing
Polychaeta
Dendronereis sp. (Palolo)
Udang-udangan
-
Mesopodopsis (Jambret)
Metapenaus monoceros (Udang api-api)
Penaeus merguiensis (Udang putih)
Penaeus indicus (Udang jaring)
Serangga
-
Chironomus sp.
Moluska
Cerithidae
Trisipan
Ikan
Cichlidae
Tilapia mossambica (Mujair)
Microryridae
Aplocheilus panchax (Kepala timah)
Mugiliidae
Mugil Cephalus (Belanak)
Siganiidae
Siganus sp. (Samadar)
2.2.3. Perusak

Keberadaan hama ini dapat menimbulkan bebrapa kerugian diantaranya kerusakan pada tanggul sehingga menyebabkan kebocoran . Jenis perusak antara lain kepiting (Scylla serrata) dan udang pantus (Thalassina sp). Kepiting biasanya membuat lubang-lubang pada tanggul sehinga kedalaman air sulit dipertahankan dan masuk hama pemangsa dan penyaing dalam petakan tambak. Selain itu menyebabkan ikan / udang lolos melalui lubang kepiting.
Prosedur Pengendalian Hama
Prosedur pengendalian hama dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
Cara Fisik
1. Pengolahan Tanah
Sebelum benur ditebar, usahakan agar tambak dikeringkan secara total agar semua organisme mati dan pengeringan dasar tambak dapat membantu memperbaiki struktur tanah dasar.
2. Perbaikan Pematang
Lubang-lubang pada pematang sebaiknya diperbaiki, jika terdapat lubang dapat dilakukan penyumbatan. Cara lain adalah dengan melapisi tanggul dengan plastik.
3. Mekanik (Penangkapan langsung)
Dilakukan dengan menangkapi udang liar, ikan, kepiting dan ular. Cara ini sangat efektif jika dilakukan teratur sehingga menghemat biaya pembelian pestisida.
4. Penyaringan Air yang Masuk
Air yang ke dalam tambak harus disaring terlebih dahulu, misalnya dengan ijuk atau dengan saringan yang berukuran halus agar hewan-hewan liar tidak dapat masuk kedalam petakan tambak.
Cara Kimiawi
Jika cara fisik mengalami hambatan maka cara kimiawi dapat digunakan tetapi tetap harus hati-hati dalam pemilihan jenis maupun dosis yang digunakan. Cara kimiawi lebih menguntungkan dalam hal tenaga dan waktu.



BAB IV
PENYAKIT

4.1. PENGERTIAN PENYAKIT
Penyakit di artikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, dan terbagi atas dua kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Penyakit ikan umumnya adalah eksternal. Penyakit internal : genetik, sekresi internal, imunodefisiensi, saraf dan metabolik. Penyakit eksternal :
1). Non patogen
· Penyakit lingkungan :suhu dan kualitas air lainnya (pH, kelarutan gas, zat beracun).
· Penyakit nutrisi : kekurangan nutrisi, gejala keracunan bahan pakan.
2). Patogen; bersifat parasit dan terdiri atas empat kelompok yaitu :
· Penyakit viral
· Penyakit jamur
· Penyakit bakterial
Gejala-gejala umum penyakit ikan
Warna kusam atau pucat
Sirip rontok
Sirip lepas dan kadang tidak rapi
Luka
Pendarahan
Produksi lendir berlebihan/berkurang
Tutup insang selalu terbuka, warna lembar insang pucat
Benjolan pada insang/daging
Mata menonjol
Ukuran kepala dan badan tidaj proporsional, kemungkinan terjadi kelainan bentuk lain
Karakteristik penyakit infeksi pada ikan
Ikan merupakan salah satu hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan perairan sehingga mudah terinfeksi patogen melalui air. Infeksi bakteri dan parasit tidak terjadi pada hewan darat melalui perantara udara, namun pada ikan sering terjadi melalui air. Pada budidaya, air tidak hanya sebagai tempat hidup bagi ikan, tapi juga sebagai perantara bagi patogen.
Istilah penting penyakit infeksi pada ikan
Istilah penting yang seringkali digunakan dalam penyakit infeksi ikan adalah sebagai berikut :
Epidemiologi : ilmu yang mempelajari hubungan berbagai faktor yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran penyakit pada suatu komunitas.
Penyebaran vertikal : penyebaran penyakit dari suatu generasi ke generasi selanjutnya melalui telur.
Penyebaran horisontal : penyebaran penyakit dari ikan satu ke ikan yang lain pada kelompok ikan dan waktu yang sama.
Carrier : hewan yang membawa organisme penyebab penyakit dalam tubuhnya, namun hewan tersebut terlihat sehat sehingga menjadi pembawa atau penyebar infeksi.
Vektor : hewan yang menjadi perantara organisme penyebab penyakit dari inang yang satu ke inang yang lain.
Contoh : siput, burung.
Patogenisitas : kemampuan untuk dapat menyebabkan terjadinya penyakit.
Virulensi : derajat patogenisitas suatu mikroorganisme.
Kisaran inang : kisaran hewan-hewan yang dapat diinfeksi oleh patogen.
Prosedur diagnosa di lapangan
Pengukuran panjang dan berat ikan.
Pengamatan tanda-tanda luar pada permukaan tubuh dan insang.
Gunting lembaran insang dan ambil lendir tubuh untuk mendeteksi parasit di bawah mikroskop.
Ambil contoh darah dari sirip dada menggunakan jarum suntik untuk pembuatanpreparat apusan darah dengan menggunakan pewarnaan Giemsa.
Isolasi jamur dengan menggunakan agar GY jika diduga terjadi infeksi jamur. vi. Isolasi bakteri dari sirip atau insang dengan menggunakan agar cytophaga, jika diamati adanya insang atau sirip yang membusuk.
Isolasi bakteri dari luka dengan menggunakan agar TS atau BHI, jika ikan memiliki borok atau ada pembengkakan pada permukaan tubuh.
Bedah ikan dengan peralatan bedah yang bersih untuk membuka rongga perut dan amati tanda-tanda internal.
Isolasi bakteri dari hati, ginjal dan limpa dengan menggunakan agar TS atau BHI. x. Pembuatan preparat limpa pada kaca preparat dengan pewarnaan Giemsa untuk mendeteksi infeksi bakteri.
Fiksasi setiap organ dengan larutan formalin 10°I° berpenyangga fosfat- untuk histopatologi dan dalam etanol 70% untuk uji PCR.
Pekerjaan di laboratorium
Pekerjaan yang paling penting bagi ahli penyakit adalah mendiagnosa penyakit. Jika diagnosanya salah, maka penanganannya juga akan salah. Bila terlalu lama untuk mendiagnosa penyakit, ikan mati sebelum pengobatan dilakukan, diagnosa harus tepat dan cepat. Prosedur diagnosa adalah sebagai berikut : pertama, coba isolasi patogen dari ikan yang sakit (kecuali untuk infeksi oleh virus); kedua, patogen yang diisolasi diinfeksikan ke ikan yang sehat. Bila diduga virus, larutan yang sudah disaring dengan menggunakan saringan 0,45 µm homogen, diinfeksikan ke ikan yang sehat. Jika ikan yang sekarat (moribund) dengan gejala seperti ikan yang sakit tersebut, hal ini membuktikan bahwa yang diisolasikan tersebut merupakan penyebab penyakit. Dengan demikian, penyebab penyakit teridentifikasi sebagai spesies yang sama dengan patogen sebelumnya. Diagnosa penyakit ikan dapat menjadi lengkap dengan adanya identifikasi penyebab penyakit. Metode pemeriksaan untuk konfirmasi diagnosa berbeda untuk setiap jenis patogen, virus, bakteri, jamur dan parasit.
Tindakan penanganan
Penyakit viral : jika ikan terinfeksi oleh virus sangatlah sulit untuk diobati. Ada dua cara tindakan pencegahan yaitu membersihkan virus penyebab penyakit dari lingkungan clan meningkatkan kekebalan ikan terhadap viral. Tindakan pencegahan pertama, desinfeksi semua wadah clan peralatan, seleksi incluk clan telur bebas virus. Tindakan selanjutnya bila memungkinkan adalah meningkatkan kualitas telur, penggunaan vaksin clan immunostimulan atau vitamin. Diantara tindakan penanganan yang ada, vaksin merupakan tindakan yang paling efektif untuk mencegah penyakit viral. Sampai sekarang, vaksin untuk beberapa penyakit viral telah dikembangkan sebagai komoditas komersial, tapi untuk virus herpes koi belum dilakukan. Di masa yang akan datang, vaksin terhadap virus herpes koi dapat dikembangkan.
Penyakit bakterial : penyakit bakterial dapat diobati dengan antibiotika. Namun, penggunaan antibiotika yang tidak tepat menghasilkan efek yang negatif. Itulah sebabnya pemilihan antibiotika yang tepat merupakan pekerjaan yang paling penting untuk masalah infeksi bakteri. Pemilihan antibiotika dilakukan berdasarkan hasil uji sensitivitas obat. Antibiotika dapat mengobati dengan cepat ikan yang terinfeksi dengan bakteri, namun dapat menyebabkan timbulnya bakteri yang resisten terhadap antibiotika. Dari hal tersebut, pengembangan vaksin terhadap setiap penyakit bakterial sangatlah penting.
Penyakit jamur : sampai sekarang belum dikembangkan tindakan penanganan untuk infeksi jamur pada hewan air. Jadi pencegahan tindakan yang dapat dilakukan. Spora yang berenang di air untuk menemukan inang menunjukkan sensitivitas terhadap beberapa zat kimia.
Penyakit parasitik : pada umumnya ektoparasit dapat ditangani dengan zat kimia. Namun, telur dan siste memiliki resistensi terhadap zat kimia. Berdasarkan keberadaan parasit, pengobatan kedua harus dilakukan setelah spora atau oncomiracidium menetas. Untuk menentukan jadwal pengobatan untuk setiap parasit, studi siklus hidup parasit sangatlah penting.
4.2. PENYAKIT YANG MENYERANG UDANG
Beberapa penyakit yang sering menyerang udang adalah ;
4.2.1. Bintik Putih.
Keganasan penyakit bercak putih bakterial (WSSV, White Spot Syndrome Virus) tidak hanya berdampak pada udang windu (Penaeus monodon) saja, tetapi juga dapat berdampak pada spesies krustase lainnya. Karena itu wabah penyakit dan penyebarannya harus dicegah.
Tanda serangan :
· Terdapat tanda seperti bercak pada kulit udang berdiameter 0,5-2 mm.
· Udang dalam keadaan lemah, berenang ke permukaan, kemudian mendekat ke pematang (jika untuk pembesaran) dan mati.
Faktor Pemicu Timbulnya Penyakit
Beberapa faktor pemicu timbulnya penyakit adalah :
· Blooming fitoplankton kemudian mengalami kematian secara mendadak.
· Kadar oksigen rendah.
· Terjadi fluktuasi pH harian yang besar.
· Rendahnya temperatur air.
· Turun hujan secara mendadak.
· Pengelolaan pakan yang kurang baik.
Organisme Penyebab:
Penyebab penyakit WSSV adalah virus SEMBV (Systemic Ectodermal and Mesodermal Baculo Virus). Virus ini merupakan virus berbahan genetik DNA (Dioxyribonucleic Acid), berbentuk batang (bacillifrom). Organ yang terinfeksi virus adalah kaki renang, kaki jalan, insang, lambung, otot abdomen, gonad, intestinum, karapas, jantung sehingga menimbulkan infeksi yang sistemik (menyeluruh).
Infeksi terutama terjadi pada saat stadia pramolting, sehingga menimbulkan pola bercak pada saat pasca molting karena kerusakan sel ektodermal yang mengakibatkan penimbunan kalsium ke karapas terganggu.
Cara Penularan Penyakit:
Penularan penyakit terjadi hanya melalui perantara karier (pembawa bibit penyakit) berupa jambret (Mesopodopsis sp.), udang liar, kepiting, rajungan dan benih udang windu yang ditebar sudah terkontaminasi di pembenihan. Bangkai udang terinfeksi oleh SEMBV apabila dimakan oleh udang sehat dapat mengakibatkan terjadinya penularan virus.
Pencegahan:
Pengendalian penyakit dapat dilakukan hanya dengan cara :
· Air untuk pemeliharaan dan reservoir harus sudah diperlakukan dengan 30 ppm kaporit atau krustasid untuk membunuh karier kemudian diaerasi selama 1 minggu.
· Hindarkan penyebab stress, untuk itu maka pergantian air harus dilakukan secara rutin.
· Kadar oksigen terlarut (DO) >3 ppm.
· Pengelolaan pakan harus diperhatikan , hindari pemberian pakan secara berlebihan yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan.
· Hindari pemeliharaan udang pada musim bediding (suhu air terlalu rendah).
· Hindarkan pemberian pakan dengan segar, karena dikhawatirkan membawa virus.
· Apabila terjadi fluktuasi pH yang besar (>0,5 unit) dalam satu hari, berikan kaptan (kalsium karbonat) untuk meningkatkan alkalinitas air dengan dosis hingga 300 kg/Ha.
· Pemberian pupuk harus dilakukan di petak reservoir untuk mencagah terjadinya blooming di petak pemeliharaan.
· Apabila terjadi udang kehilangan nafsu makan, dapat ditambahkan dengan atraktan berupa ikan rucah dengan rasio 1 kg. Ikan rucah untuk setiap 5 kg pelet.
· Lakukan penyiponan untuk mengambil lumpur dasar pada umur 3 bulan setalah tebar.
4.2.2. Bintik Hitam/Black Spot.
Disebabkan oleh virus Monodon Baculo Virus (MBV). Tanda yang nampak yaitu terdapat bintik-bintik hitam di cangkang dan biasanya diikuti dengan infeksi bakteri, sehingga gejala lain yang tampak yaitu adanya kerusakan alat tubuh udang. Cara mencegah : dengan selalu menjaga kualitas air dan kebersihan dasar tambak.
4.2.3. Penyakit Udang Gripis/Penyakit Bercak Coklat Putih Pada Cangkang.
Penyebab :
Jenis bakteri Vibrio sp., Pseudomonas sp., Myxobacterium sp., dan Flavobacterium sp.
Gejala Klinis :
Warna tubuh putih kecoklatan, karapas, kaki jalan, kaki renang dan ekor udang mengalami kerontokan, lemah dan nafsu makan berkurang.
Penanggulangan :
· Cara menanggulangi penyakit ini dapat dilakukan dengan cara memperbaiki mutu air, pengaturan pakan dan pengaturan padat penebaran yang sesuai dengan kondisi lahan. Dapat pula dilakukan dengan cara memberikan antibiotika melalui percampuran dengan telur ayam atau telur bebek mentah dengan perbandingan 1 butir telur untuk 10 kg pakan. Campuran telur dan antibiotika diaduk dengan pakan dan dikeringkan ditempat yang teduh lalu ditebar ke dalam tambak.
· Dosis yang digunakan untuk penggunaan antibiotika adalah : Terramycin 30 mg/kg pakan, Erythromycin 40 mg/kg pakan, Oxytetracyclin 40-50 mg/kg pakan, Furanace 100 mg/kg pakan.
· Pemberian antibiotika dalam pakan dilakukan terus-menerus selama 3 hingga 5 hari, kecuali untuk Furanace diberikan selama 14 hari.
4.2.4. Kotoran Putih/Mencret.
Disebabkan oleh tingginya konsentrasi kotoran dan gas amoniak dalam tambak. Gejala : mudah dilihat, yaitu adanya kotoran putih di daerah pojok tambak (sesuai arah angin), juga diikuti dengan penurunan nafsu makan sehingga dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian.
Cara mencegah : jaga kualitas air dan dilakukan pengeluaran kotoran dasar tambak/siphon secara rutin.
4.2.5. Insang Merah
Ditandai dengan terbentuknya warna merah pada insang. Disebabkan tingginya keasaman air tambak, sehingga cara mengatasinya dengan penebaran kapur pada kolam budidaya. Pengolahan lahan juga harus ditingkatkan kualitasnya.
4.2.6. Nekrosis.
Disebabkan oleh tingginya konsentrasi bakteri dalam air tambak. Gejala yang nampak yaitu adanya kerusakan/luka yang berwarna hitam pada alat tubuh, terutama pada ekor. Cara mengatasinya adalah dengan penggantian air sebanyak-banyaknya ditambah perlakuan TON 1-2 botol/ha, sedangkan pada udang dirangsang untuk segera melakukan ganti kulit (Molting) dengan pemberian saponen atau dengan pengapuran.Penyakit pada udang sebagian besar disebabkan oleh penurunan kualitas kolam budidaya. Oleh karena itu perlakuan TON sangat diperlukan baik pada saat pengolahan lahan maupun saat pemasukan air baru.
4.2.7. Penyakit Kepala Kuning (Yellow Head Disease)
Penyebab :
Virus YHV (Yellow Head Baculo Virus)
Gejala Klinis :
Warna tubuh udang pucat, insang dan hepatopankreas berwarna kekuningan. Gejala klinis tersebut pada umumnya mulai tampak antara 50-70 hari setelah penebaran udang di tambak. Nafsu makan udang mula-mula meningkat dalam beberapa hari kemudian berhenti sama sekali.
Penanggulangan :
Lihat upaya penanggulangan terhadap penyakit bercak putih.
4.3.PENYAKIT YANG MENYERANG IKAN KERAPU
Kasus penyakit yang paling banyak pada ikan bersirip (finfish) dijumpai pada budidaya ikan kerapu. Sedangkan kasus penyakit pada ikan bandeng selama ini jarang ditemukan.
4.3.1. Penyakit Virus
Virus adalah patogen yang paling kecil. Ukurannya lebih kecil dari seperduapuluh kali besarnya bakteri. Virus menyerang mahluk hidup, berkembangbiak di dalam organisme inang dan pada saat itulah dia akan menyebabkan kerusakan ataupun penyakit pada organisme inang.
Virus sangat tahan terhadap segala jenis obat-obatan. Oleh karena itu, pemberantasan penyakit yang disebabkan oleh virus lebih ditekankan kepada upaya pencegahan dan membatasi penularannya. Salah satu virus yang telah diketahui menyerang ikan pada budidaya di laut adalah penyakit Symphocystis.
Penyakit Lymphocystis disebabkan oleh serangan virus yang termasuk famili Iridovirus. Virus Lymphocytis berbentuk partikel berbidang banyak dengan sekitar 0,13 - 0,26 mikron. Terdiri dari inti DNA yang dibungkus oleh lapisan protein.
Infeksi pada ikan yang terserang menyebabkan tumbuhnya sel jaringan. Sel yang dikenal menyebabkan tumbuhnya sel jaringan. Sel yang dikenal dengan nama Lymphocystis menyerupai butiran sagu. Kelompok dari sel tersebut membentuk tumor pada kulit dan sirip.
Pada dasarnya, penyakit yang diakibatkan virus belum dapat ditanggulangi secara pasti. Namun demikian pencegahan dapat dilakukan dengan jalan vaksinasi dengan obat antibiotik. Masalahnya adalah hingga saat ini, obat/vaksinasi untuk penyakit ini belum tersedia atau sulit didapatkan di pasaran.
4.3.2. Penyakit bakterial
Jenis penyakit bakterial yang ditemukan pada ikan kerapu, diantaranya adalah penyakit borok pangkal strip ekor (Gambar 1), dan penyakit mulut merah. Hasil isolasi dan identifikasi bakteri ditemukan beberapa jenis bakteri yang diduga berkaitan erat dengan kasus penyakit bakterial, yaitu Vibrio alginolyticus, V algosus, V anguillarum dan V fuscus.



Gambar. 1 : Penyakit bakterial pada ikan kerapu
Diantara jenis bakteri tersebut bakteri V alginolyticus dan V fuscus merupakan jenis yang sangat patogen pada ikan kerapu tikus.
4.3.2.1. Vibrio alginolyticus
Vibrio alginolyticus dicirikan dengan pertumbuhannya yang bersifat swarm (Gambar 2) pada media padat non selektif. Ciri lain adalah gram negatif, motil, bentuk batang, fermentasi glukosa, laktosa, sukrosa dan maltosa, membentuk kolom berukuran 0.8-1.2 cm yang berwarna kuning pada media TCBS. Bakteri ini merupakan jenis bakteri yang paling patogen pada ikan kerapu tikus dibandingkan jenis bakteri lainnya. Nilai konsentrasi letal median (LC50) adalah sebesar 106.6 pada ikan dengan berat antara 5-10 gram. Kematian masal pada benih diduga disebabkan oleh infeksi bakteri V alginolyticus. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan penggunaan berbagai jenis antibiotika seperti Chloramfenikol, eritromisina dan oksitetrasiklin. Sifat lain yang tidak kalah penting adalah sifat proteolitik yang berkaitan dengan mekanisme infeksi bakteri.
4.3.2.2. Vibrio anguillarum
Dibandingkan dengan V alginolyticus, V anguillarum merupakan spesies yang kurang patogen terhadap ikan air payau. Pada uji patogenisitas ikan kerapu tikus ukuran 5 gram yang diinfeksi bakteri dengan kepadatan tinggi hingga 108 CFU/ikan hanya mengakibatkan mortalitas 20%.
Diagnosis penyakit dapat dilakukan dengan melakukan isolasi dan identifikasi bakteri. Penumbuhan bakteri pada media selektif TCBS akan didapatkan koloni yang kekuningan dengan ukuran yang hampir sama dengan koloni V alginolyticus akan tetapi bakteri ini tidak tumbuh swarm pada media padat non-selektif seperti NA.
4.3.3. Penyakit Protozoa
4.3.3.1. Cryptocaryonosis
Penyakit ini sering ditemukan pada ikan kerapu bebek dan macan, dengan tanda ikan yang tersering terlihat bercak putih. Stadia parasit yang menginfeksi ikan dan menimbulkan penyakit adalah disebut trophont berbentuk seperti kantong atau genta (Gambar 3) berukuran antara 0.3-0.5 mm, dan dilengkapi dengan silia.
Tanda klinis ikan yang terserang adalah ikan seperti ada gangguan pernafasan, bercak putih pada kulit, produksi mukus yang berlebihan, kadang disertai dengan hemoragi, kehilangan nafsu makan sehingga ikan menjadi kurus. Erosi (borok) dapat terjadi karena infeksi sekunder dari bakteri.
Diagnosis dapat dilakukan dengan melihat gejala seperti adanya bercak putih, tetapi untuk lebih memantapkan (diagnosis definitif) perlu dilakukan pengamatan secara mikroskopis dengan cara memotong insang, mengerok dari lendir.
Serangan penyakit dapat diatasi dengan penjagaan kualitas air. Perlakuan bahan kimia pengendali parasit dapat dilakukan seperti perendaman dalam larutan formalin 25 ppm, perendaman ikan dalam air bersalinitas 8 ppt selama beberapa jam dan memindahkan ikan yang sudah diperlakukan ke dalam wadah barn bebas parasit.
4.3.3.2. Infestasi Trichodina
Penempelan Trichodina (Gambar 4) pada tubuh ikan sebenarnya hanya sebagai tempat pelekatan (substrat), sementara parasit ini mengambil partikel organik dan bakteri yang menempel di kulit ikan. Tetapi karena pelekatan yang kuat dan terdapatnya kait pada cakram, mengakibatkan seringkali timbul luka, terutama pada benih dan ikan muda. Pelekatan pada insang juga seringkali disertai luka dan sering ditemukan set darah merah dalam vakuola makanan Trichodina. Pada kondisi ini maka Trichodina merupakan ektoparasit sejati.
Trichodina yang merupakan ektoparasit pada ikan air laut mempakan spesies yang bersifat sebetulnya lebih bersifat komensal daripada ektoparasit. Trichodina spp. yang didapatkan pada ikan air payau merupakan spesies yang memiliki toleransi yang luas terhadap kisaran salinitas. Trichodina yang menempel di insang umunmya berukuran lebih kecil dibandingkan yang hidup di kulit, contohnya adalah Trichodinella.
Ikan yang terserang Trichodina biasanya warna tubuhnya terlihat pucat, produksi lendir yang berlebihan dan terlihat kurus. Diagnosis dapat dilakukan dengan cara melakukan pengerokan (scraping) pada kulit, atau mengambil lembaran insang dan melakukan pemeriksaan secara mikroskopis.
Pencegahan terhadap wabah penyakit adalah dengan cara pengendalian kualitas lingkungan, karena mewabahnya penyakit berkaitan dengan rendahnya kualitas lingkungan. Perlakuan terhadap ikan yang terinfeksi oleh parasit adalah dengan cara perendaman dalam larutan formalin 200-300 ppm.
4.3.3.3. Caligus sp., parasit golongan Crustacea
Parasit jenis ini sering, ditemukan baik pada induk ikan maupun di tambak. Penempelan ektoparasit ini dapat menimbulkan luka, dan akan lebih parah lagi karena ikan yang terinfeksi dengan parasit sering menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding bak atau substrat keras lainnya. Timbulnya luka akan diikuti dengan infeksi bakteri.
Caligus sp. berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan tanpa bantuan mikroskop. Perlakuan ikan terserang parasit cukup mudah, yaitu hanya merendamnya dalam air tawar selama beberapa menit. Perlakuan dengan formalin 200-250 ppm juga cukup efektif. Penggunaan bahan seperti Triclorvon (Dyvon 95 SP) hiingga 2 ppm dapat mematikan parasit.




Gambar. 2 : Pertumbuhan bakteri Vibrio alginoliticus dan Vibrio anguillarum










Gambar. 3. Ikan borok pada pangkal ekor.

4.4. PENYAKIT YANG MENYERANG IKAN BANDENG
Penyakit penting yang sering menyerang bandeng adalah :
4.4.1. Pembusukan sirip
Disebabkan oleh bakteri. Gejalanya sirip membusuk dari bagian tepi.
4.4.2. Vibriosis
Disebabkan oleh bakteri Vibriosis sp , gejalanya nafsu makan turun, pembusukan sirip, dan bagian perut bengkak oleh cairan.
4.4.3. Penyakit oleh Protozoa.
Gejalanya nafsu makan hilang, mata buta, sisik terkelupas, insang rusak, banyak berlendir.
4.4.4. Penyakit oleh cacing renik.
Sering disebabkan oleh cacing Diploctanum yang menyerang bagian insang sehingga menjadi pucat dan berlendir.
Penyakit dari bakteri, parasit dan jamur disebabkan lingkungan yang buruk, dan penurunan daya tahan tubuh ikan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh tingginya timbunan bahan organik dan pencemaran lingkungan dari aliran sungai.. Bahan organik dan kotoran akan membusuk dan manghasilkan gas-gas yang berbahaya. Ketahanan tubuh ikan ditentukan konsumsi nutrisinya. Maka cara pengendalian penyakit harus menitikberatkan pada kedua faktor tersebut. Untuk mengatasi penurunan kualitas lingkungan dapat dilakukan perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 yang mengandung unsur mineral dan asam-asam organik penting yang mampu menetralkan berbagai gas berbahaya hasil pembusukan kotoran dalam kolam dan unsur mineral akan menyuburkan plankton sebagai pakan alami. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dalam jumlah yang ideal, perlu diberikan pakan dengan standar protein yang sesuai serta dengan penambahan/pencampuran NASA pada pakan buatan. NASA dengan kandungan mineral-mineral penting, vitamin, asam organic, protein dan lemak akan menambah dan melengkapi nutrisi pakan, sehingga ketahanan tubuh untuk hidup dan berkembang selalu tercukupi.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim, “Pedoman Teknis Penanggulangan Penyakit Ikan Budidaya Laut”, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005.
Anonim, “Pengendalian Hama Yang Sering Terjadi Di Tambak Air Payau” Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004.
Anonim, “Jenis Penyakit Pada Ikan (Finfish) Budidaya Air Payau” Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005.
Anonim,“Cegah Bercak Putih (WSSV) yang Menyerang Udang di Tambak” Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005.
Dr. A. B. Susanto, M.Sc, dkk.”Pembesaran Bandeng”Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 2004.

MENGIDENTIFIKASI KETERBATASAN LAPANGAN KERJA


Oleh :
KELOMPOK III


1. Kondisi Tenaga Kerja Dan Kaitannya Dengan Keterbatasan Lapangan Kerja
Kondisi tenaga kerja Indonesia saat ini kurang begitu menggembirakan. Data BPS tahun 1996, tenaga kerja Indonesia menurut golongan usia dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan diperoleh 6,664 persen (729.858) tidak sekolah, 12,460 persen (1.364.605) tidak tamat sekolah, 28,168 persen (3.048.859) Sekolah Dasar, 13, 874 persen (1.519.436) Sekolah Menengah Pertama, 30,259 persen (3.313.510) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 4,153 persen (454.841) Diploma dan 4,423 persen (484.374) Universitas. Melihat kenyataan tersebut, kondisi tenaga kerja perlu mendapat perhatian lebih dalam era PJP II ini.
Pada pembangunan jangka panjang kedua disebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi harus didukung oleh produktivitas dan efisiensi sumber daya manusia yang berkualitas (GBHN, 1993). Untuk mencapai sasaran itu diperlukan usaha mengembangkan kemampuan individu yang berkesinambungan dan memenuhi syarat-syarat sebagai seorang tenaga kerja yang berkualitas. Sunardi (1992) menyatakan syarat seorang calon tenaga kerja yang baik antara lain yaitu memiliki pengetahuan luas, ketrampilan yang memadai, mampu berkomunikasi secara lisan maupun tertulis dengan baik, memiliki motivasi yang kuat, mau bekerja keras, serta mampu bekerja secara cermat dan tepat. Tenaga kerja Indonesia perlu dibenahi karena ada lima sikap mental yang tidak mendukung peningkatan produktivitas yaitu : (a) Kurang disiplin, (b) kurang kreatif, (c) kurang inovatif, (d) kurang motivasi, (e) kurang dinamis dalam melaksanakan pekerjaan (Batubara, 1988).
Menurut UU No. 20 tahun 1999, penduduk usia kerja adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Yang termasuk Angkatan Kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15 tahun keatas) yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, dan orang tidak bekerja yang mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja, adalah penduduk dalam usia kerja (15 tahun keatas) yang tidak bekerja, tidak mencari pekerjaan, tetapi kegiatan golongan ini masih bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya (seperti tidak mampu bekerja, pensiun).
Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan pada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien, efektif dan berjiwa wiraswasta sehingga mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.
Kondisi tenaga kerja

2. Ketersediaan Tenaga Kerja Dengan Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dinilai sebagai masih sangat tinggi, dan kondisi tersebut juga berdampak terhadap berbagai sektor, anatara lain seperti ketersediaan lapangan pekerjaan. Jumlah penduduk miskin yang semakin tinggi merupakan masalah besar yang juga, dihadapi oleh para pemerintah daerah. Hal tersebut terkait dengan otonomi daerah dimana kewenangan sepenuhnya dilakukan oleh daerah.
Negara Indonesia saat ini sudah berada pada urutan ke-4 terbesar di dunia dalam jumlah terbesar penduduknya setelah China, India, dan Amerika Serikat. Tingginya jumlah penduduk tidak akan bermasalah jika dibarengi dengan kualitas, dan juga tersedianya lapangan kerja. Tetapi yang trejadi sekarang ini jumlah pengangguran makin tinggi, dan angka kemiskinan pun makin bertambah. Karena itu, dalam menyikapi hal ini pemerintah daerah juga harus berperan aktif khususnya dalam program keluarga berencana, dan bukan hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata. Sudah ada upaya pemda dalam memperhatikan masalah program keluarga berencana (KB) ini, karena disadari bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan pernah berdampak baik kalau tidak dibarengi dengan pembatasan jumlah penduduk.
Selain itu yang perlu diamati, yakni mengenai tingkat usia penduduk Indonesia yang semakin panjang yakni 70 tahun keatas yang jumlahnya makin besar. Hal ini dinilainya sebagai sangat berbahaya jika tidak disertai dengan kualitas penduduk. Untuk mengendalikan jumlah penduduk di daerah, diperlukan lebih banyak petugas lapangan KB (PLKB), yang kini mempunyai wilayah kerja paling tidak 1-2 desa dan perlu usaha yang keras.

3. Tenaga Kerja, Pengangguran Dan Permasalahannya.
Kondisi ketenagakerjaan selama 61 tahun Indonesia merdeka masih memprihatinkan. Bahkan 26 tahun terakhir, menorehkan catatan terburuk di mana terjadi ledakan pengangguran dengan tren angka pengangguran yang terus meningkat. Kondisi yang masih memprihatinkan itu, tergambar dari angka statistik mengenai ketenagakerjaan. Dengan 11,1 juta pengangguran terbuka dan 40 juta tergolong setengah pengangguran dan penggangguran terselubung. ini merupakan kondisi superkrisis. Kondisi tenaga kerja yang dikategorikan pekerja juga sebetulnya tidak bisa disebut benar-benar bekerja. Karena dari komposisi pekerja, hanya 28% yang bekerja di sektor formal. Sementara 72% lainnya bekerja di sektor informal. Hal tersebut menjelaskan tren peningkatan pekerja muda yang masih usia sekolah. Dari sisi jumlah pengangguran, angka tahun ini hanya kalah buruk oleh angka pengangguran tahun 1980. Tapi jika dilihat dari banyaknya pekerja sektor informal, malah lebih buruk dari tahun 1980. Saat itu, hanya 68% yang bekerja di sektor informal. Komposisi pengangguran juga tak kalah mengkhawatirkan. Saat ini terjadi degradasi kalangan terdidik Indonesia, dengan makin meningkatnya jumlah pengangguran dari kalangan terdidik. Sebanyak 12% pengangguran sekarang, merupakan kalangan terdidik lulusan S-1. Semua kondisi ini membuat angka kemiskinan makin meningkat. Diperkirakan saat ini 33,34% masyarakat Indonesia hidup dalam kemiskinan. Ini data resmi BPS (Badan Pusat Statistik).
Tenaga Kerja dan Pembangunan/Center for Labour and Development Studies (CLDS) ini. Dengan ledakan pengangguran dan banyaknya orang miskin seperti saat ini, seharusnya Indonesia memilih mode ekonomi politik yang berbasis bekerja produktif (employment base economy), yakni mengembangkan berbagai sektor produksi yang bisa menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya. Pola industrialisasi yang dikembangkan negara Cina, dinilai, cukup baik untuk ditiru Indonesia. Di sana industri padat karya dikembangkan besar-besaran. Selain menyerap banyak pengangguran, hasil produksi mereka pun menjadi berlimpah dan bisa membanjiri dunia.


4. Undang-Undang Tenaga Kerja Tentang Gaji Upah, Perlindungan, Dan Kesejahteraan
UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAANBAB VIIPERLINDUNGAN, PENGUPAHAN, DAN KESEJAHTERAAN
Pasal 95
(1) Setiap pengusaha dilarang mempekerjakan anak.
(2) Tidak dianggap sebagai mempekerjakan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila
pekerjaan yang dilakukan semata-mata oleh anggota satu keluarga yang sama;
pekerjaan untuk keperluan rumah dan halaman, sepanjang dilakukan oleh anggota keluarga secara gotong royong menurut kebiasaan setempat;
pekerjaan yang dilakukan oleh siswa sekolah teknik dan kejuruan untuk umum yang diawasi oleh Pemerintah;
pekerjaan di rumah penampungan baik milik Pemerintah maupun swasta, usaha-usaha sosial atau yayasan, dan Balai Pemasyarakatan Anak.


Pasal 96
(1) Larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 tidak berlaku bagi anak yang karena alasan tertentu terpaksa bekerja.
(2) Bagi pengusaha yang mempekerjakan anak yang karena alasan tertentu terpaksa bekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan perlindungan.
(3) Perlindungan anak yang karena alasan tertentu terpaksa bekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. tidak mempekerjakan anak lebih dari 4 (empat) jam sehari;
b. tidak mempekerjakan anak antara pukul 18.00 sampai pukul 06.00;
c. memberikan upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebanding dengan jam kerjanya;
d. tidak mempekerjakan anak dalam tambang bawah tanah, lubang di bawah permukaan tanah, tempat mengambil mineral logam dan bahan-bahan galian lainnya dalam lubang atau terowongan di bawah tanah termasuk dalam air;
e. tidak mempekerjakan anak pada tempat-tempat dan/atau menjalankan pekerjaan yang sifat pekerjaannya dapat membahayakan kesusilaan, keselamatan, dan kesehatan kerjanya;
f. tidak mempekerjakan anak di pabrik di dalam ruangan tertutup yang menggunakan alat bermesin;
g. tidak mempekerjakan anak pada pekerjaan konstruksi jalan, jembatan, bangunan air, dan bangunan gedung; dan
h. tidak mempekerjakan anak pada pemuatan, pembongkaran, dan pemindahan barang di pelabuhan, dermaga, galangan kapal, stasiun, tempat pemberhentian dan pembongkaran muatan, serta di tempat penyimpanan barang atau gudang.
(4) Ketentuan mengenai pekerjaan yang berbahaya lainnya dan tata cara mempekerjakan anak yang karena alasan tertentu terpaksa bekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 97
(1) Setiap pengusaha dilarang mempekerjakan orang muda untuk melakukan pekerjaan :
di dalam tambang bawah tanah, lubang di bawah permukaan tanah, tempat mengambil mineral logam dan bahan-bahan galian lainnya dalam lubang atau terowongan di bawah tanah termasuk dalam air
pada tempat-tempat kerja tertentu yang dapat membahayakan kesusilaan, keselamatan, dan kesehatan kerja;
pada waktu tertentu malam hari.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal orang muda :
mengikuti pendidikan dan pelatihan kerja;
melakukan pekerjaan yang sifat pekerjaannya sewaktu-waktu harus turun di bagian-bagian tambang dan lubang di dalam permukaan tanah.
(3) Ketentuan mengenai larangan orang muda yang bekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, dan ketentuan mengenai waktu tertentu malam hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yang berhubungan dengan jenis pekerjaan, akan diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 98
(1) Setiap pengusaha dilarang mempekerjakan wanita untuk melakukan pekerjaan :
di dalam tambang bawah tanah, lubang di bawah permukaan tanah, tempat mengambil mineral logam dan bahan-bahan galian lainnya dalam lubang atau terowongan di bawah tanah termasuk dalam air;
pada tempat kerja yang dapat membahayakan keselamatan, kesehatan, kesusilaan, dan yang tidak sesuai dengan kodrat, harkat, dan martabat pekerja wanita;
pada waktu tertentu malam hari.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal :
mengikuti pendidikan dan pelatihan kerja;
melakukan pekerjaan yang sifat pekerjaannya sewaktu-waktu harus turun di bagian-bagian tambang bawah tanah;
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan kepentingan dan kesejahteraan umum.
(3) Dalam hal jenis dan tempat pekerjan mengharuskan dilakukan pada malam hari, maka pengusaha diwajibkan memperoleh izin.
(4) Jenis, tempat pekerjaan, persyaratan, dan tata cara perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih lanjut oleh Menteri.
(5) Ketentuan mengenai tempat kerja yang membahayakan keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan, serta pekerjaan yang tidak sesuai dengan kodrat, harkat, dan martabat, dan bekerja pada waktu tertentu malam hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c, dan pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan kepentingan dan kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 99
Untuk melindungi keselamatan dan kesehatan, pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja wanita yang sedang hamil dan/atau sedang menyusui pada waktu tertentu malam hari.
Pasal 100
(1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja bagi pekerja yang dipekerjakan.
(2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. waktu kerja siang hari :
a.1. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
a.2. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
b. waktu kerja malam hari :
b.1. 6 (enam) jam 1 (satu) hari dan 35 (tiga puluh lima) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b.2. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 35 (tiga puluh lima) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
(3) Dalam hal pengusaha mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja sebagaimana diamksud pada ayat (2), pengusaha wajib membayar upah waktu kerja lembur kepada pekerjanya.
(4) Waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat dilakukan paling banyak :
a. 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu;
b. 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari waktu kerja siang hari untuk melakukan pekerjaan pada waktu istirahat mingguan atau hari libur resmi yang ditetapkan; atau
c. 7 (tujuh) jam dalam 1 (satu) hari waktu kerja malam hari untuk melakukan pekerjaan pada waktu istirahat mingguan atau hari libur resmi yang ditetapkan.
Pasal 101
Ketentuan mengenai mempekerjakan pekerja wanita yang sedang hamil dan/atau sedang menyusui pada waktu tertentu malam hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99, dan mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat (3) dan ayat (4) serta waktu kerja pada sektor-sektor usaha tertentu, diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 102
(1) Setiap pekerja berhak untuk mendapatkan waktu istirahat kerja.
(2) Waktu istirahat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus, dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;
b. istirahat mingguan, sekurang-kurangnya 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;
c. istirahat tahunan, sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 10 (sepuluh) hari kerja untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, setelah pekerja yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus:
d. istirahat sepatutnya untuk menjalankan kewajiban/menunaikan ibadah menurut agamanya.
(3) Waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c pelaksanaannya dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pekerja dan pengusaha.
(4) Ketentuan mengenai istirahat tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 103
(1) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 setiap pekerja berhak untuk mendapatkan istirahat panjang paling lama 3 (tiga) bulan setelah bekerja secara terus menerus selama 6 (enam) tahun di suatu perusahaan atau kelompok perusahaan yang mampu.
(2) Ketentuan mengenai perusahaan yang mampu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 104
(1) Pekerja wanita tidak boleh diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua waktu haid.
(2) Pekerja wanita yang masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusukan bayinya pada jam kerja.
(3) Pekerja wanita harus diberi istirahat selama satu bulan sebelum saatnya menurut perhitungan dokter/bidan melahirkan anak dan dua bulan sesudah melahirkan.
(4) Pekerja wanita yang mengalami gugur kandungan diberi istirahat selama satu setengah bulan.
(5) Waktu istirahat sebelum saat pekerja wanita menurut perhitungan dokter/bidan melahirkan anak, dapat diperpanjang sampai selama-lamanya 3 (tiga) bulan, jika dalam suatu keterangan dokter dinyatakan bahwa dalam hal itu perlu untuk menjaga kesehatannya.
(6) Ketentuan mengenai pelaksanaan waktu istirahat bagi pekerja wanita sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5), diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 105
(1) Pengusaha harus menyediakan fasilitas bagi pekerja wanita di lingkungan perusahaan untuk menyusukan bayinya.
(2) Ketentuan mengenai fasilitas menyusui bayi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 106
Setiap pekerja yang menjalankan haknya untuk melaksanakan waktu istirahat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (2) huruf b dan huruf c. Pasal 103 ayat (1), dan Pasal 104, berhak mendapat upah penuh.
Pasal 107
(1) Setiap pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja pada hari-hari libur resmi.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi pengusaha yang mempekerjakan pekerjanya untuk melakukan pekerjaan yang sifat pekerjaannya harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus menerus.
(3) Setiap pekerja yang melakukan pekerjaan pada hari libur resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berhak mendapatkan upah lembur.
(4) Ketentuan mengenai jenis, sifat, kriteria pekerjaan, dan pengaturan kerja bagi pekerja dan pada hari libur resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 108
(1) Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan;
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
(2) Untuk melindungi kesehatan pekerja guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya kesehatan kerja.
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pasal 109
(1) Setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang layak bagi kemanusiaan.
(2) Untuk mewujudkan penghasilan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah menetapkan perlindungan pengupahan bagi pekerja.
(3) Perwujudan penghasilan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Pemerintah menetapkan upah minimum atas dasar kebutuhan hidup layak.
Pasal 112
(1) Ketentuan mengenai penghasilan yang layak dan perlindungan pengupahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 ayat (1), ayat (2), dan ayat (6), serta pengaturan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
(2) Tata cara penetapan, jenis komponen, dan ketentuan mengenai besarnya upah minimum ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 113
(1) Upah di atas upah minimum ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja.
(2) Dalam penetapan upah, pengusaha dilarang melakukan diskriminasi atas dasar apapun untuk pekerjaan yang sama nilainya.
Pasal 114
(1) Upah tidak dibayar apabila pekerja tidak melakukan pekerjaan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dan pengusaha wajib membayar upah apabila :
a. pekerja sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
b. pekerja tidak masuk bekerja karena berhalangan;
c. pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban terhadap negara;
d. pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;
e. pekerja bersedia melakukan pekerjaan yang telah diperjanjikan tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang dialami pengusaha;
f. pekerja melaksanakan hak istirahat dan cuti;
g. pekerja melaksanakan tugas organisasi pekerja atas persetujuan pengusaha.
(3) Ketentuan mengenai kriteria, tata cara, dan besarnya pembayaran upah pekerja karena berhalangan melakukan pekerjaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 115
(1) Untuk memberikan saran dan pertimbangan dalam penetapan kebijakan pengupahan oleh Pemerintah, dibentuk Dewan Pengupahan tingkat Nasional dan Daerah.
(2) Anggota Dewan Pengupahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari wakil pemerintah, organisasi pengusaha, serikat pekerja, perguruan tinggi dan pakar.
(3) Anggota Dewan Pengupahan tingkat Nasional diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, sedangkan anggota Dewan Pengupahan tingkat Daerah diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.
(4) Tata cara pembentukan dan pengangkatananggota, tugas, dan tata kerja Dewan Pengupahan sebagaimana diamksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut oleh Menteri.
UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAANKESEMPATAN DAN PERLAKUAN SAMA
Pasal 5
Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi kepada setiap tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan.
Pasal 6
Pengusaha wajib memberikan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi kepada pekerja.
5. Peran sarikat kerja
Ada pameo umum yang banyak diyakini kebenarannya yaitu orang akan bekerja dengan baik jika mendapatkan gaji yang baik pula. Karena itu agar orang produktif, maka berikanlah gaji yang baik. Dalam kenyataannya hubungan antara produktivitas dan gaji tidaklah sesederhana itu. Kedua variabel tersebut tidaklah berhubungan secara langsung dan dalam suatu garis yang lurus. Banyak variabel lainnya yang masuk dalam hubungan tersebut. Cukup banyak studi yang memperlihatkan bagaimana kompleksnya hubungan antara gaji dan produktivitas. Dalam keseharian dapat dilihat dan dinilai apakah kenaikan tunjangan jabatan yang berlaku di kalangan instansi pemerintah saat ini, yang cukup besar, berjalan seiring dengan produktivitas kerja para pejabat tersebut.
Pada tahun 1993 UNINDO melakukan studi di beberapa negara Asia tentang perkembangan produktivitas dan upah tenaga kerja di sektor perpabrikan antara tahun 1980 – 1990 sebagaimana terlihat pada Tabel 4. Pada kurun waktu tersebut tingkat pertumbuhan upah di sektor ini sudah cukup baik dan malah jauh di atas tingkat produktivitas yang terjadi. Bandingkan dengan Thailand dan Malaysia dimana pertumbuhan produktivitas tenaga kerja mereka jauh di atas pertumbuhan gaji. Apa yang terjadi kemudia, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan kedua negara tersebut jauh meninggalkan Indonesia. Jika dilihat data-data kependudukan, termasuk ketenagakerjaan dan kualitas penduduk, maka nampak jelas bahwa Indonesia mengalami banyak permasalahan dalam hal ini. Penduduk yang besar dengan kualitas penduduk yang rendah menyebabkan penduduk tersebut menjadi beban bagi pertumbuhan ekonomi dan bukan pemacu. Dalam skala mikro, tenaga kerja dengan tingkat keterampilan yang pas-pasan, atau bahkan rendah, hanya bisa menempati posisi yang sangat rendah. Ditambah dengan banyaknya “supply” tenaga kerja yang tersedia menyebabkan mereka tidak memiliki posisi tawar menawar yang memadai. Jika kembali pada premis bahwa perluasan kesempatan kerja hanya dapat diperoleh melalui pertumbuhan ekonomi, maka dibutuhkan kearifan bersama antara pengusaha dan pekerja untuk menyikapi hubungan antara pengusaha dan pekerja, terutama berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan pekerja. Apa yang terjadi belakangan ini dengan adanya pemogokan serta aksi pekerja yang cenderung tidak terkendali dalam jangka pendek mungkin dirasakan menguntungkan bagi pekerja, namun dalam jangka panjang akan merugikan semua pihak (lost-lost solution). Jika kemudian kegiatan ekonomi mengalami kemandegan karena pengusaha enggan menanamkan modalnya di Indonesia, maka itu tentu saja mengganggu pertumbuhan ekonomi. Bagaimana angkatan kerja akan terserap jika pertumbuhan ekonomi yang rendah? Padahal Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi untuk menyerap angkatan kerja yang masih terus meningkat dewasa ini.
Diperlukan pendekatan yang bersifat win-win solution antara pengusaha dan pekerja. Dalam hal ini serikat pekerja harusnya dapat berperan besar. Sebagai serikat yang diharapkan menjadi mediator antara pekerja dan pengusaha, maka serikat pekerja harus mampu melakukan penelaahan yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap kondisi internal perusahaan. Hasil telaahan tersebut kemudian dikomunikasikan baik kepada pekerja maupun kepada pengusaha. Sudah waktunya kita melakukan sesuatu berdasarkan fakta (evident-based) dan bukan berdasarkan emosi. Negosiasi berdasarkan emosi hanya akan menghasilkan lost-lost solution sedangkan negosiasi yang win-win solution harus didasarkan pada evident-based. Pekerja juga harus diberikan pemahaman melalui komunikasi dan informasi yang baik bagaimana persoalan gaji, produktivitas, kondisi perusahaan, gambaran makro ketenagakerjaan dan perekonomian negara, dan sebagainya. Serikat pekerja juga harus mampu mengeluarkan alternatif-alternatif model untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja dengan melihat pada kondisi perusahaan. Ini kemudian dinegosiasikan dengan pengusaha. Kesejahteraan harus dilihat dalam konteks jangka panjang, bukan sesaat. Ini berarti gaji hanyalah salah satu aspek dari kesejahteraan. Unsur jaminan hari tua, asuransi, pembagian bonus yang disesuaikan dengan tingkat keuntungan perusahaan, dan sebagainya, harusnya dapat dimasukkan ke dalam perhitungan dan negosiasi tersebut.
Dalam mengembangkan win-win solution diperlukan kejujuran dan transparansi dari kedua belah pihak, serta kepastian hukum. Pengusaha harus menyadari bahwa pekerja adalah aset bagi perusahaan. Jika memang dalam jangka pendek peningkatan gaji dirasakan memberatkan perusahaan, maka sistem asuransi (misalnya Jamsostek) harus dimanfaatkan. Pada tataran kebijakan banyak hal yang telah dilakukan untuk memperbaiki kesejahteraan pekerja. Kewajiban pekerja, waktu kerja, dan lain-lain. Demikian pula tentang hak dan kewajiban pekerja. Namun dalam tataran operasional banyak hal yang telah diatur tersebut, justru dilanggar oleh kedua belah pihak. Ini tidak lain karena lemahnya penegakkan hukum selama ini.
Oleh karena itu, peran yang diharapkan dari serikat pekerja bukanlah melaksanakan pekerjaan “hit and run”. Pekerjaan yang dilakukan bukan sekedar untuk merespons terhadap suatu keadaan misalnya pemogokan atau demonstrasi, namun lebih diarahkan untuk melakukan penelaahan kebutuhan para tenaga kerja secara ilmiah. Untuk kemudian dikomunikasikan dengan pihak perusahaan (manajemen), maupun pekerja itu sendiri. Penelaahan tersebut untuk menemukan fakta (evident-based) terlepas dari dengan atau tanpa adanya pemogokan atau tuntutan dari pekerja.
6. Perlindungan Kerja Dan Kontrak Kerja
UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN
PEMBINAAN PERLINDUNGAN KERJA
Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.
Pasal 10
Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup :
a. Norma keselamatan kerja;b. Norma keselamatan kerja dan hygiene perusahaan;c. Norma kerja;d. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja
Kontrak (perjanjian) adalah suatu "peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal". (Subekti, 1983:1).
Menurut UU Ketenagakerjaan Nomor 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan :
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada pengusaha dengan menerima upah.
Pengusaha adalah :
a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;
b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara lisan dan/atau tertulis, baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban. Perjanjian kerja menurut pasal 1601a KUH Perdata adalah suatu perjanjian di mana pihak yang satu, buruh, mengikatkan diri untuk bekerja pada pihak yang lain, majikan, selama suatu waktu tertentu dengan menerima upah. Dari bunyi pasal tersebut dapat dikatakan bahwa yang dinamakan Perjanjian Kerja harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a. Ada orang di bawah pimpinan orang lain
Adanya pimpinan orang lain berarti ada unsur wenang perintah. Dalam Perjanjian Kerja ini unsur wenang perintah ini memegang peranan pokok sebab tanpa adanya unsur wenang perintah, berarti bukan Perjanjian Kerja. Adanya unsur wenang perintah berarti antara kedua belah pihak ada kedudukan yang tidak sama. Kedudukan yang tidak sama ini diatur ada sub-ordinasi artinya ada pihak yang kedudukannya di atas (Yang memerintah) dan ada pihak yang kedudukannya di bawah (yang diperintah).
b. Penunaian Kerja
(1) Maksudnya melakukan pekerjaan.
c. Dalam Waktu Tertentu
(2) Dalam Penunaian Kerja, pribadi manusia sangat tersangkut kepada kerja. Tersangkutnya pribadi manusia akan berakhir dengan adanya waktu tertentu.
d. Adanya Upah
(3) Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya (Pasal 1 huruf a Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981tentang Perlindungan Upah).
Yang dimaksud dengan imbalan, termasuk juga sebutan honorarium yang diberikan oleh pengusaha kepada buruh secara teratur dan terus-menerus.
Syarat sahnya kontrak (perjanjian)
Menurut Pasal 1338 ayat (1) bahwa perjanjian yang mengikat hanyalah perjanjian yang sah. Supaya sah pembuatan perjanjian harus mempedomani Pasal 1320 KHU Perdata.
Pasal 1320 KHU Perdata menentukan empat syarat sahnya perjanjian yaitu harus ada :
1. Kesepakatan
Yang dimaksud dengan kesepakatan di sini adalah adanya rasa ikhlas atau saling memberi dan menerima atau sukarela di antara pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut. Kesepakatan tidak ada apabila kontrak dibuat atas dasar paksaan, penipuan, atau kekhilafan.
2. Kecakapan
Kecakapan di sini berarti para pihak yang membuat kontrak haruslah orang-orang yang oleh hukum dinyatakan sebagai subyek hukum. Pada dasarnya semua orang menurut hukum cakap untuk membuat kontrak. Yang tidak cakap adalah orang-orang yang ditentukan oleh hukum, yaitu anak-anak, orang dewasa yang ditempatkan di bawah pengawasan (curatele), dan orang sakit jiwa. Anak-anak adalah mereka yang belum dewasa yang menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan belum berumur 18 (delapan belas) tahun. Meskipun belum berumur 18 (delapan belas) tahun, apabila seseorang telah atau pernah kawin dianggap sudah dewasa, berarti cakap untuk membuat perjanjian.
3. Hal tertentu
Maksudnya objek yang diatur kontrak harus jelas, setidak-tidaknya dapat ditentukan. Jadi, tidak boleh samar-samar. Hal ini penting untuk memberikan jaminan atau kepastian kepada pihak-pihak dan mencegah timbulnya kontrak fiktif.
4. Sebab yang dibolehkan
Maksudnya isi kontrak tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan yang bersifat memaksa, ketertiban umum, dan atau kesusilaan.
Cara membuat kontrak (perjanjian) kerja :
Untuk membuat kontrak kerja biasanya didahului oleh masa yang harus dilalui sebelum adanya kontrak kerja yang disebut masa percobaan.
1. Masa Percobaan
Masa percobaan dimaksudkan untuk memperhatikan calon buruh (magang), mampu atau tidak untuk melakukan pekerjaan yang akan diserahkan kepadanya serta untuk mengetahui kepribadian calon buruh (magang).
Mengenai pengaturan masa percobaan (Pasal 7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. : PER-04/MEN/1986 tentang Tata Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Jasa dan Ganti Kerugian) ditentukan bahwa :
1. Hubungan kerja yang mempersyaratkan adanya masa percobaan, harus dinyatakan secara tertulis.
2. Lamanya masa percobaan sebagaimana dimaksud ayat (1) paling lama 3 (tiga) bulan dan boleh diadakan hanya untuk satu kali percobaan.
3. Ketentuan adanya masa percobaan tidak berlaku untuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
Lama masa percobaan paling lama 3 (tiga) bulan, yang berarti bahwa masa percobaan dapat diadakan untuk waktu kurang dari 3 (tiga) bulan, misalnya 1 (bulan), 1 1/2 (satu setengah) bulan, 2 (dua) bulan, 2 1/2 (dua setengah) bulan. Jika masa percobaan lamanya kurang dari 3 (tiga) bulan, tidak boleh diadakan masa percobaan lain dengan dalih lamanya masa percobaan belum mencapai 3 (tiga) bulan, sebab masa percobaan hanya boleh diadakan 1 (satu) kali saja.
Untuk adanya masa percobaan harus dinyatakan secara tertulis lebih dahulu.
2. Yang Dapat Membuat Perjanjian Kerja
Untuk dapat membuat (kontrak) perjanjian kerja adalah orang dewasa.
Mengenai pengertian orang dewasa :
- Menurut KUH Perdata, seseorang dianggap telah dewasa dan karenanya mampu bertindak dalam lalu lintas hukum, jika telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau telah kawin.
- Menurut Hukum Adat, seseorang disebut sebagai orang dewasa jika sudah dipandang sebagai akil balik atau sudah kawin. Biasanya telah berumur 16 (enam belas) tahun atau 18 (delapan belas) tahun.
- Menurut Hukum Perburuhan, orang dewasa ialah orang laki-laki maupun perempuan yang berumur 18 tahun ke atas (Pasal 1 ayat (1) huruf b Undang-undang No. 12 Tahun 1948 tentang Undang-Undang Kerja Tahun 1984).
Berdasarkan uraian di atas maka orang yang dapat membuat perjanjian kerja adalah orang laki-laki maupun perempuan yang berumur 18 tahun ke atas, tidak peduli sudah kawin atau belum.
Menurut hukum perburuhan, orang yang belum dewasa dibagi atas :
- anak, ialah orang laki-laki maupun perempuan yang berumur 14 tahun ke bawah.
- orang muda, ialah orang laki-laki maupun perempuan yang berumur di atas 14 tahun, akan tetapi di bawah 18 tahun.
Dalam Undang-undang Kerja disebutkan bahwa anak tidak boleh menjalankan pekerjaan (pasal 2), dengan kata lain anak tidak dapat mengadakan perjanjian kerja.
3. Bentuk Perjanjian Kerja
Bentuk dari Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu berbeda dengan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu.
Bagi perjanjian kerja untuk waktu tertentu harus dibuat secara tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia dan tulisan latin, serta harus memuat :
b. nama dan alamat pengusaha/perusahaan
c. nama, alamat, umur dan jenis kelamin buruh
d. jabatan atau jenis/macam pekerjaan
e. besarnya upah serta cara pembayarannya
e. hak dan kewajiban buruh
f. hak dan kewajiban pengusaha
g. syarat-syarat kerjanya
h. jangka waktu berlakunya perjanjian kerja
i. tempat atau lokasi kerja
j. tempat dan tanggal Perjanjian Kerja dibuat dan tanggal mulai berlaku.
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat rangkap 3 (tiga) dan masing-masing untuk buruh, pengusaha dan Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu harus didaftarkan pada Kandep setempat dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak ditandatangani. Biaya-biaya dalam rangka pembuatan perjanjian kerja menjadi tanggungan pengusaha.
Bagi perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu bentuknya bebas artinya dapat dibuat secara tertulis maupun lisan. Selain itu bahasa maupun yang digunakan juga bebas, demikian juga dibuat rangkap berapa terserah pada kedua belah pihak.
4. Isi Perjanjian Kerja
Baik dalam KUH Perdata maupun dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-05/PER/1986 tentang Kesepakatan Kerja Untuk Waktu Tertentu tidak ditentukan tentang isi dari perjanjian kerja. Pada pokoknya isi dari perjanjian kerja tidak dilarang oleh peraturan perundangan atau tidak bertentangan dengan ketertiban atau kesusilaan.
Dalam praktek, pada umumnya isi perjanjian kerja biasanya mengenai besarnya upah, macam pekerjaan dan jangka waktunya.
Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, sedangkan perjanjian perburuhan adalah perjanjian yang dibuat oleh serikat pekerja dengan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja.
5. Jangka Waktu Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu
Dalam perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu, dapat diadakan paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang hanya 1 (satu) kali saja dengan waktu yang sama, tetapi paling lama 1 (satu) tahun. Untuk mengadakan perpanjangan pengusaha harus memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada buruh selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja untuk waktu tertentu tersebut berakhir.
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diperbaharui hanya 1 (satu) kali saja dan pembeharuan tersebut baru dapat diadakan setelah 21 (dua puluh satu) hari dari berakhirnya perjanjian kerja untuk waktu tertentu tersebut.
6. Penggunaan Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat diadakan untuk pekerjaan tertentu yang menurut sifat, jenis atau kegiatannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
- yang sekali selesai atau sementara sifatnya
- diperkirakan untuk waktu yang tidak terlalu lama akan selesai
- bersifat musiman atau yang berulang kembali
- yang bukan merupakan kegiatan pokok suatu perusahaan atau hanya merupakan penunjang
- yang berhubungan dengan produk baru, atau kegiatan baru atau tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajagan.
Bagi perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat diadakan untuk semua pekerjaan, tidak membedakan sifat, jenis dan kegiatannya.
7. Uang Panjar
Jika pada suatu pembuatan perjanjian kerja diberikan oleh majikan dan diterima oleh buruh uang panjar, maka pihak manapun tidak berwenang membatalkan kontrak (perjanjian) kerja itu dengan jalan tidak meminta kembali atau mengembalikan uang panjar (Pasal 1601e KUH Perdata). Meskipun uang panjar dikembalikan atau dianggap telah hilang, perjanjian kerja tetap ada.
Untuk Keppres belum ada pengaturan lebih lanjut mengenai kontrak kerja.
Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang perjanjian kontrak kerja bagi (Serikat Buruh) adalah PP No. 49 Tahun 1954 tentang Cara Membuat dan Mengatur Perjanjian Perburuhan.
Untuk kontrak kerja (tenaga lokal) dilingkungan MIGAS pada prinsipnya inti dari semua syarat, sifat dari kontrak tersebut adalah sama hanya isi dan pelaksanaan kontrak kerja tergantung dari kebijakan masing-masing perusahaan.


Proposal PKL Khairi Mizwar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Saat ini ikan kerapu banyak sekali di incar eksportir karena harganya yang tinggi serta paling laris di pasaran. Sayangnya eksportir sulit mendapatkan pasokan ikan dalam jumlah besar dan kontinu. Pasalnya pemasoknya masih mengandalkan hasil tangkapan alam. Resikonya, hasil tangkapan sangat bergantung kepada kondisi perairan setempat. Ombak dan arus yang mengganas merupakan hambatan yang sering sekali terjadi.
Hasil tangkapan juga jarang bisa hidup. Ini lantaran alat tangkap yang di gunakan kurang mendukung. Penggunaan bubu, bagan, atau pancing sebagai alat tangkap sering kali membuat ikan terluka gesekan atau tusukan mata pancing sehingga melemahkan kondisi tubuhnya. Menangkap hidup – hidup dengan tangan jelas sulit di lakukan.
Melihat alasan itu potensi budi dayanya akan sangat menjanjikan. Bahkan budi daya kerapu tikus dapat menjadi usaha bisnis yang menguntungkan. Selain itu menjaminkontinuitas pasokan, target produksi pun dapat di atur sesuai permintaan pasar tanpa bergantung pada kondisi alam. Keuntungan lain, kerapu hasil pembesaran / budi daya juga akan lebih sehat dan lebih tahan hidup.
Berdasarkan hal – hal yang di kemukakan di atas penulis merumuskan satu judul yaitu: PEMBESARAN KERAPU TIKUS (Cromileptes altivalis) DALAM KERAMBA JARING APUNG DI KECAMATAN SEI BAMBAN KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA.

1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktek Keterampilan Lapangan (PKL) antara lain
1. Untuk memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Nasional agar dapat menyelesaikan studi di SMK Negeri 1 Talawi.
2. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pelaksanaan pembesaran kerapu di dalam Keramba Jaring Apung.
3. Menambah percaya diri setelah belajar di bangku sekolah di tambah lagi dari wawasan yang di dapat ketika melakukan Praktek Keterampilan Lapanagan (PKL).
4. Melatih diri untuk terampil dalam melakukan kegiatan pembesaran kerapu di jaring apung.
1.2.2. Manfaat
Adapun manfaat yang di dapat dari pelaksanaan Praktek Keterampilan Lapangan (PKL) antara lain :
1. Secara akademis, untuk menambah ilmu pengetahuan tentang ilmu perikanan terutama dalam pembesaran kerapu tikus di dalam Keramba Jaring Apung, yang mana pengetahuan tersebut merupakan salah satu kajian keilmuan pada program keahlian budi daya perikanan laut.
2. Secara praktis, di harapkan dapat memberikan masukan, sumbangan pemikiran kepada pengusaha / pembudi daya kerapu di Keramba Jaring Apung dalam menciptakan mutu ikan yang berkualitas tinggi dan dapat di terima di pasar internasional.
1.3. Sasaran
Adapun sasaran yang harus di lakukan agar tujuan dapat tercapai yaitu:
1. Memahami lebih dalam terlebih dahulu tentang pembesaran kerapu di KJA.
2. Melakukan kegiatan pembesaran sesuai prosedur kegiatan.












BAB II
METODOLOGI PRAKTEK

2.1. Waktu dan Tempat
Praktek Ketreampilan lapangan (PKL) dimulai pada hari Rabu tanggal 20 Agustus 2008 sampai dengan hari kamis tanggal 20 November 2008. Tempat praktek di lakukan di Keramba Jaring Apung, khusus dalam pembesaran ikan kerapu di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Langkat, Sumatera Utara,

2.2. Metode Praktek
Metode praktek yang di gunakan terdiri dari tiga metode yaitu:

2.2.1. Praktek
Praktek adalah suatu kegiatan yang di lakukan / kegiatan kedua belajar setelah teori dengan tujuan mempertajam ilmu yang di dapat dari sekolah maupun instansi – instansi yang lain.
Pada metode ini dilaksanakan langsung oleh penulis, dimana penulis ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut sesuai dengan prosedur kegiatan pada halaman lampiran.

2.2.2. Obsevasi
Observasi adalah pengamatan pendahuluan daerah – daerah atau objek yang akan di teliti dan sekaligus memeriksa kebenaran – kebenaran secara teoritis yang di kaitkan dengan kondisi – kondisi geologi di lapangan.
Pada metode ini dilakukan pengamatan kangsung di lapangan sesuai dengan objek yang di amati.

2.2.3. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara melakukan komunikasi langsung dengan responden / pengusaha.
Metode wawancara ini dilakukan secara langsung kepada narasumber / responden yang ingin di wawancarai dan merangkumnya kembali.
2.3. Bahan dan Alat.
2.3.1. Bahan
1) Pembuatan rakit
a. Tali rakit yang berdiameter 3 – 5 cm, serta panjangnya 12 meter.
2) Membuat jaring
a. Jaring PE dengan mata jaring 2 inci, 9 x 3 meter.
b. Tali plastik
c. Tali rakit yang berdiameter 1 cm.
3) Pengadaan benih
a. Benih kerapu tikus
b. Prevuran / tetrasiklin/ chloramphenicol 15 – 50 ppm.
4) Perawatan
a. Prevuran/ nitrofurazone 15 ppm
b. Oxytetrasiklin 0,5 gram per kg pakan.

2.3.2. Alat
1) Pemilihan lokasi keramba
a. DO meter
b. Refraktometer
c. Termometer
d. pH meter
e. Sacchi disk
2) Pembuatan rakit
a. Kayu atau bambu
9 buah drum plastik / drum oli / pelampung sterofoam
4 buah jangkar yang berbobot 25 kg – 50 kg.
3) Membuat jaring
a. 50 buah timah.
4) Penebaran benih
a. Refraktometer
b. pH meter
c. cangkir plastik.
5) Perawatan
a. Pakan
b. Berus ijuk
Shading net

2.4. Prosedur Pelaksanaan
Di dalam pelaksanaan kegiatan ini penulis ikut serta melakukannya dengan prosedur di bawah ini:
2.4.1. Pemilihan Lokasi Pembesaran
Ada beberapa faktor yang harus di perhatikan dalam memilih lokasi pembesaran, seperti gangguan alam, pencemaran, predator dan lalu lintas laut. Hal ini akan menyangkut kepada keberhasilan pembesaran nantinya.
Di laut ombak, badai, dan gelombang besar akan berlangsung terus menerus yang nantinya dapat mengakibatakan lingkungan budi daya akan bergelombang sehingga membuat ikan stress. Selain dapat membuat ikan stress, gangguan tersebut juga dapat membuat konstruksi keramba menjadi porak – poranda, bahkan dapat menyebabkan keramba hanyut.
Selain gangguan tersebut factor pencemaran juga harus di perhatikan dalam memilih lokasi pembesaran. Apakah di perairan tersebut terdapat limbah berupa sampah – sampah organik, sisa pestisida, plastik, deterjen dan bahan – bahan berbahaya lainnya. Lokasi pembesaran harus di hindari dari bahan kimia berbahaya, terutama bahan yang mengandung logam berat atau bahan beracun yang dapat mengancam kehidupan bagi ikan dan orang yang mengkonsumsinya.
Selain faktor – faktor tersebut faktor kualitas air juga harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
- kecerahan minimal 3 – 5 meter.
- Salinitasnya 30 – 33 ppt.
- Suhu air 24º C – 32º C.
- pH air 7 – 9
- Kecepatan arus 20 – 50 cm/detik
- DO nya minimal 3 ppm
- Kedalaman perairan minimal 7 – 15 meter.
- Tinggi air pasang di atas 1 meter.

2.4.2. Penyiapan Keramba Jaring Apung
Jenis keramba bermacam – macam, tetapi yang harus di gunakan adalah KJA yang terbaik. Konstruksinya terdiri dari keramba – keramba jaring yang di pasangkan pada rakit terapung.

1. Pembuatan Rakit
Untuk membuat Keramba Jaring Apung yang pertama di buat adalah rakit apungnya. Bahan baku bisa dari kayu, bambu, pipa besi, atau paralon, dan di lengkapi pelampung untuk mengapungkannya. Yang umum di gunakan adalah bambu dan kayu.
Sebagai pelampung di gunakan drum plastik, drum oli, atau pelampung stereofoam. Satu unit rakit minimal memerlukan 9 buah pelampung. Tiga buah di pasang masing – masing di sisi kiri dan kanan, serta tiga lagi di tengah. Agar tidak hanyut maka rakit di pasangi jangkar. Satu unit rakit memerlukan 4 buah jangkar berbobot 25 kg – 50 kg. Jangkar ini di ikatkan ke rakit menggunakan tali rakit kuat dan berdiameter 3 – 5 cm serta panjang 3 – 5 kali kedalaman rakit. Agar lebih aman, setiap rakit di tambahkan karung berisi pasir sebagai penahan.

2. Membuat Jaring
Dalam pembesaran, keramba di buat berukuran 3m x 3m x 3m, menggunakan jaring PE dengan mata jaring 2 inci.
Keramba di buat sedemikian rupa hingga membentuk kubus tak tertutup. Sisi – sisinya yang berpasangan di rajut dengan tali plastik. Setiap sambungan itu di tambahkan tali berdiameter 1 cm dan di rajut. Untuk tepi bawahnya di pasangkan timah – timah berlubang berbobot khusus dengan jarak antar timah 5 cm. setelah itu keramba di pasangkan pada rakit yang telah di siapkan.


2.4.3. Pemeliharaan
Adapun kegiatan pemeliharaan yang di lakukan antara lain:
1. Pengadaan Benih
Kondisi benih penting sekali dalam pembesaran agar hasil produksi memuaskan. Benih harus bermutu baik, sehat, dan seragam ukurannya. Benih yang sehat biasanya berwarna cerah, gerakannya lincah, aktif, nafsu makan tinggi, dan tidak cacat pada sirip, sisik, maupun bagian tubuh lain. Ukuran benih untuk pembesaran berkisar antara 20cm – 25cm.
Benih yang di gunakan bisa di peroleh dengan beberapa cara. Yakni menangkap langsung dari alam, membeli di nelayan penangkap / hatchery, atau membenihkan sendiri. Benih terbaik adalah benih hasil pembenihan sendiri. Benih hasil pembenihan berjumlah banyak, ukuran lebih seragam, dan kualitasnya terjamin.

2. Penebaran Benih
Penebaran benih di lakukan dengan cara menyamakan salinitas, suhu, dan pH dari dalam kantong plastik ke dalam wadah dan media pembesaran. Untuk menyamakan suhu diawali dengan mengapungkan plastik kemas yang masih berisi oksigen dan benih di atas permukaan media selama 15 – 30 menit. Setelah di perkirakan suhu di antara keduanya sama, maka buka kantong plastikdan masukkan perlahan – lahan air di wadah pembesaran ke dalam plastik kemas sampai penuh, fungsinya untuk menyamakan salinitas dan pH. Setelah itu tuangkan plastik kemas yang berisi benih kerapu itu ke dalam wadah pembesaran secara perlahan – lahan. Penuangan di lakukan di dalam air. Setelah larva di tebar semua, maka rapikan peralatan. Sebaiknya penebaran benih ini di lakukan pada pagi dan sore hari atau dalam keadaan cuaca mendung.

3. Perawatan
Pada pembesaran kerapu di keramba yang berukuran 3m x 3m x 3m di masukkan benih dengan padat penebaran 40 – 50 ekor/m³. Pakan yang di berikan berupa ikan rucah. Dosis pakannya 5 % - 8% dari berat total tubuh ikan perhari. Pemberiannya di lakukan 2 kali sehari, pagi dan sore hari. Selain pakan, perlu juga tambahan vitamin seminggu sekali. Biasanya selam 5 – 6 bulan di keramba pembesaran ikan akan mencapai ukuran konsumsi ( 500 – 800 gram/ekor).
Selain ikan rucah, sebenarnya ikan dapat di beri pakan buatan berupa pellet. Malahan pellet memiliki komposisi formula yang lengkap, termasuk vitamin dan mineral sesuai kebutuhan, pellet juga dapat di simpan lama. Hanya saat ini belum banyak yang memproduksi pellet untuk pakan kerapu.
Di dalam pembesaran juga di perlukan grading atau penyamaan ukuran ikan. Seperti kita ketahui bahwa ikan kerapu mempunyai sifat kanibalisme, yaitu memakan sesama jenis apabila ukurannya lebih kecil. Grading di lakukan agar jumlah populasi ikan di dalam keramba tidak berkurang. Grading di lakukan tiap 2 – 4 bulan sekali.
Perawatan dan pengontrolan jaring perlu di perhatikan. Jaring yang kotor dapat menghambat sirkulasi air dan oksigen. Bila di biarkan hal ini akan menghambat pertumbuhan ikan. Tidak hanya itu, adanya tritip dan lumut juga dapat menjadi sarang penyakit. Kasus sirip sobek atau cacat, juga tak lepas dari masalah ini. Karena itu jaring harus di ganti minimal setiap 2 minggu sekali. Jaring yang kotor di jemur sampai kering kemudian di cuci bersih lalu di jemur lagi sampai kering. Setelah itu jaring siap di pakai kembali
Ikan juga harus di hindari dari kondisi stress yang menurunkan nafsu makan. Bahkan dalam kondisi lebih buruk dapat menyebabkan ikan muntah – muntah sehingga menghambat pertumbuhan. Stress terjadi karena guncangan air, atau perubahan kondisi lingkungan mendadak. Permukaan jaring juga sebaiknya di tutup bilik atau shading net agar kondisi dalam keramba menjadi gelap. Hal ini karena kerapu tikus bersifat nokturnal ( aktif pada malam hari).
Hindarkan pula penempatan unit keramba di dekat lokasi tambak. Masuknya air tawar ke lokasi pembesaran dapat menurunkan kualitas air . ikan menjadi rentan terserang penyakit vibriosis yang di sebabkan oleh bakteri Vibriosis sp. Untuk vibriosis yang di tandai sirip dan kulit memborok dan daging pecah – pecah dapat di obati dengan antibiotic / antiseptic. Aplikasinya melalui perendaman dalam larutan prefuran atau Nitrofurazone 15 ppm selama minimal 4 jam. Bisa juga secara oral dengan oxytetracyclin sebanyak 0,5 gram per kg pakan selama 7 hari. Sisa pakan yang tidak di makan ikan juga harus di buang. Sebab kalau tidak, ikan lain akan menyambar dari luar sehingga membuat jaring bolong.

4. Sampling
Sampling yaitu teknik mengambil contoh pada suatu objek. Sampling ini berfungsi untuk mengetahuikesehatan dan kondisi ikan, pertambahan berat harian, tingkat kelangsungan hidup, serta Biomassa. Untuk mengamati pertumbuhan dan kelangsungan hidup di lakukandi lakukan sampling selama 7 – 10 hari sekali. Data yang di peroleh di gunakan untuk menentukan jumlah (dosis) pakan harian selain itu dapat di pergunakan pula untuk menghitung:
· ABW (Average Body Weight)
Yaitu berat rata – rata ikan hasil sampling (berat seluruh ikan (gr) / jumlah ikan (ekor)).
· ADG (Average Daily Gain)
Yaitu pertambahan berat harian dalam satu periode (10 hari)
(ABW II (gr), ABW I (gr) T (hari)).
T = Periode sampling pertama dan kedua
· SR (Survival Rate %)
Yaitu kelangsungan hidup di bandingkan pada saat tebar .
( ∑ udang yang hidup / ∑ tebar ) x 100%
· Biomassa
Yaitu ∑ total berat ikan yang ada di keramba (kg)
( ∑ tebar benur x SR x ABW ) / 1000.
· FCR (Feed Convertion Ratio) / Konversi Pakan
Yaitu :
- Perbandingan antar pakan yang di gunakan dengan daging ikan yang di hasilkan (biomassa ikan).
- Jumlah pakan yang habis di gunakan di bagi biomassa ikan yang ada atau dapat di gunakan rumus :
Konversi Pakan = ______F______
(Wt + D) – W0
F = ∑ pakan yang di berikan selama pemeliharaan
W0 = Berat awal ikan rata – rata
Wt = Berat akhir ikan rata – rata
D = ∑ berat ikan yang mati selama pemeliharaan.

2.4.4. Panen
Panen sebaiknya di lakukan pada sore dan pagi hari. Panen umumnya di sesuaikan dengan ukuran yang di kehendaki pasar. Ukuran konsumsi ikan kerapu 500 gram – 800 gram. Rata – rata hasil panen untuk satu 1 unit keramba yang terdiri atas 4 buah petak pembesaran berukuran 3m x 3m x 3m adalah 2 ton – 2,5 ton dengan perkiraan kematian alami 5% - 10%. Pada hari pemanenan , pemberian pakan di hentikan. Selanjutnya tali pemberat pada keramba di lepas dan jaring di angkat perlahan – lahan. Setelah itu ikan di pindahkan ke atas kapal yang di lengkapai palka khusus untuk menampung ikan atau langsung di kemas di atas rakit secara tertutup menggunakan plastik berisi air dan oksigen. Setiap plastik berisi 5 – 6 ekor ikan, di beri obat penenang dan desinfektan, lalu di angkut ke darat.
Di darat ikan di masukkan ke bak penampungan berisi air dengan suhu sekitar 29 º C - 20º C. Di sini ikan di puasakan selama beberapa hari sebelum di kemas lagi untuk di kirim ke eksportir atau langsung di pasarkan ke luar negeri.












BAB III
PENUTUP

Demikianlah proposal ini di susun sebagai pedoman dalam persiapan / pelaksanaan Praktek Keterampilan Lapangan (PKL) bagi siswa SMK Negeri 1 Talawi. Mudah – mudahan rencana kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan yang di harapkan serta dapat pula bermanfaat bagi penulis dan orang lain.
Akhirnya penulis berserah diri kepada Allah SWT. Apapun yang di berikannya merupakan yang terbaik bagi kita, semoga kita berada di antara orang – orang yang terbaik itu.





















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Rahasia Membesarkan Kerapu Bebek, Majalah Trubus Edisi XVII, Halaman 5 - 12.
_______. 2003. Modul Pembesaran Ikan Kerapu Didalam Keramba Jaring Apung. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Nonny. 2004. Modul Pembesaran Udang. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.