PEMBENIHAN BANDENG (Chanos chanos)
Oleh : Toto Warsito, ST
Ikan Bandeng (Chanos chanos)
A. Pendahuluan
Bandeng (Chanos chanos)
merupakan jenis ikan perairan laut yang memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi dan sudah banyak dibudidayakan oleh petani tambak di
pesisir Indonesia dan sudah mulai berkembang dibudidayakan di tambak air
tawar. Bandeng mudah beradaptasi dengan perubahan salinitas dari 0 –
38‰ dengan salinitas optimal 12 – 20‰, kisaran suhu 18o – 40o C dengan suhu optimal 26o – 32o C
dan DO diatas 4 ppm serta pH air 7 – 8,5. Secara alami memijah pada
bulan awal musim hujan (Desember – Januari) dan akhir musim hujan (April
– Mei) di perairan payau (Rifai, 1983 :66). Setelah umur dua bulan
dengan ukuran antara 5 – 10 cm anakan bandeng akan akan bermigrasi ke
laut lepas dan dewasa di perairan laut (Grzimek, 1973 :198). Telur
bandeng dapat menetas pada suhu 26o – 32o C dengan salinitas air 29 – 33‰. Larva bandeng memakan phytoplankton ataupun zooplankton.
Pada hatchery pembenihan bandeng
terdiri dari beberapa tahapan, dimulai dari persiapan bak pemeliharaan,
penanganan telur, pemeliharaan larva hingga juvenil yang dikenal sebagai
benih bandeng atau nener dimana di dalam tahapan ini terdapat kegiatan
seperti penyediaan dan pemberian pakan serta pengelolaan kualitas air,
dan terakhir proses pemanenan dari hatchery. Selanjutnya untuk
mendapatkan benih bandeng dengan ukuran yang lebih besar (5 – 10 cm)
atau yang biasa disebut dengan nener gelondongan, nener yang ukuran
kecil (1 – 1,5 cm) hasil panenan dari hatchery didederkan di kolam
pendederan selama kurang lebih 2 bulan dengan tahapan persiapan kolam
pemeliharaan, pendederan nener, pemeliharaan nener dan pemanenan.
Sedangkan untuk mendapatkan benih bandeng air tawar dilakukan proses
penurunan salinitas air sampai dengan 0‰ atau penawaran air
pemeliharaan.
B. Tahapan Pembenihan Bandeng di dalam Hatchery
1. Persiapan Bak Pemeliharaan
Bak pemeliharaan larva dilengkapi
dengan pipa saluran udara (instalasi aerasi), instalasi air laut,
instalasi alga, dan saluran pengeluaran, serta terpal sebagai penutup
agar suhu stabil selama proses pemeliharaan larva. Adapun sistem aerasi
pada bak pemeliharaan larva menggunakan aerasi gantung dengan jarak
antar titik 50 cm dan jarak dari dasar bak adalah 5 cm agar sisa pakan
dan kotoran tidak teraduk. Instalasi air laut untuk pengisian bak.
Instalasi alga unutk menyalurkan phytoplankton (Chlorella) dari
bak kultur plankton. Saluran pengeluaran untuk pemanenan. Dan terpal
penutup bak menggunakan terpal warna putih agar cahaya matahari tetap
bisa masuk ke dalam bak.
Pencucian bak dilakukan dengan
menggunakan kaporit 60 % sebanyak 100 ppm yang dicampur dengan deterjen 5
ppm dan dilarutkan dengan air tawar pada wadah berupa ember kemudian
dinding dan dasar bak digosok-gosok dengan menggunakan scoring pad dan
dibilas dengan air tawar hingga bersih dan kemudian dilakukan
pengeringan selama dua hari. Pencucian dan pengeringan bak ini bertujuan
untuk menghilangkan dan mematikan mikro organisme pembawa penyakit.
Selang, pemberat dan batu aerasi dicuci bersih dengan deterjen dan
dikeringkan dengan dijemur.
Pengisian air laut ke dalam bak
pemeliharaan larva dilakukan dengan menggunakan filter bag sampai
ketinggian air 75 cm. Air laut langsung ditransfer dari tandon yang
sebelumnya telah dilakukan penyaringan dengan menggunakan sand filter,
di dalam bak tandon ini air di sterilkan menggunakan kaporit 60 %
sebanyak 15 ppm selama 24 jam dengan diberi aerasi yang kuat selanjutnya
dinetralkan menggunakan Natrium thiosulfat 5 ppm dan juga diberi aerasi
selama 24 jam setelah itu air baru dialirkan ke bak-bak pemeliharaan
larva.
2. Penanganan Telur
Induk Bandeng memijah pada malam
hari. Telurnya bersifat melayang dan akan terkumpul di egg colector yang
telah diberi saringan ukuran 500 µm. Pemanenan telur dilakukan pada
pagi hari sebelum sinar matahari panas atau sebelum pukul 7 pagi.
Selanjutnya telur diseleksi, telur yang baik akan mengapung dan yang
jelek akan mengendap. Telur hasil seleksi lalu di tebar di bak larva
yang sudah dipersiapkan. Untuk penebaran telur pada bak ukuran 10 m3 dengan ketinggian air 75 cm sebanyak 100.000 – 150.000 butir telur. Setelah 18 – 21 jam telur akan menetas.
3. Pemeliharaan Larva
a. Pemberian pakan
Pakan yang diberikan berupa pakan
alami dan pakan tambahan. Pemberian pakan alami berupa zooplankton jenis
Rotifera diberikan setelah larva berumur 2 hari. Pemanenan Rotifera
dilakukan dengan cara menyaring dari bak kultur zooplankton, penyaringan
ini dilakukan untuk mengurangi volume media kultur yang terbawa ke
dalam bak larva.
Sedangkan pemberian phytoplankton jenis Chlorella diberikan setelah telur menetas, phytoplankton di dalam bak larva selain sebagai pakan juga sebagai buffer. Pemanenan Chlorella
dilakukan pada pagi hari pada hari ke tiga. Dengan asumsi pada saat
tersebut kandungan pupuk pada media kultur telah banyak yang diserap
oleh alga sehingga tidak terbawa masuk ke bak pemeliharaan yang dapat
menyebabkan meningkatnya kandungan bahan organik selama proses
pemeliharaan larva, karena pemanenan Chlorella dilakukan dengan
cara volume yaitu pemanenan alga bersama dengan air media kultur, hari
ketiga juga merupakan puncak populasi dan merupakan fase terbaik untuk
di transfer ke bak pemeliharaan larva (Kurniastuti dan Ditjenkan, 1995).
Pemanenan Chaetoceros sp dilakukan dengan menggunakan pompa
celup dan dialirkan melalui instalasi pipa transfer alga ke bak
pemeliharaan larva yang sebelumnya telah dibilas terlebih dahulu untuk
mencegah masuknya atau terkontaminan dari protozoa.
Selain pakan alami selama proses
pemeliharaan larva bandeng diberikan juga pakan tambahan berupa tepung
jagung (maizena) yang tujuannya untuk menjaga agar tidak sampai terjadi Under Feeding selama
pemeliharaan larva. Pemberian pakan tambahan ini setelah larva umur 16
hari. Manajemen pemberian pakan dapat dilihat pada tabel 1. berikut.
Tabel 1 . Manajemen pemberian pakan pada pemeliharaan larva bandeng.
Umur larva
|
Chlorella
|
Rotifer
|
Pakan tambahan
|
D0 s.d. D2
|
200 lt
|
|
|
D2 s.d. D5
|
200 lt
|
5 ind /ml
|
|
D6 s.d. D10
|
200 lt
|
10 ind /ml
|
|
D11 s.d. D 16
|
200 lt
|
20 ind /ml
|
|
D16 s.d. D panen
|
200 lt
|
20 ind /ml
|
10 gram
|
b. Pengelolaan kualitas air
Pengelolaan kualitas air pada masa
pemeliharaan nener dilakukan dengan beberapa cara, yaitu monitoring,
pengecekan kualitas air, water exchange, dan penyiponan.
Monitoring kualitas air dilakukan setiap 3 hari. Parameter air yang
dilakukan monitoring rutin adalah suhu dengan tujuan agar selama masa
pemeliharaan proses metabolisme dan metamorfosis larva lancar yaitu
berkisar pada 28 – 31o C. Sedangkan untuk pengecekan
parameter kualitas air selama pemeliharaan larva dilakukan pada setiap
pergantian air adalah parameter pH berkisar pada 7 – 8,5, salinitas
berkisar 29 – 32 ‰.
Penyiponan pertama dilakukan
setelah telur menetas untuk membersihkan sisa cangkang dan telur yang
tidak menetas. Penyiponan selanjutnya dilakukan apabila dasar bak telah
kotor baik akibat sisa sekresi dari larva ataupun sisa pakan yang
mengendap.
Selain itu juga dilakukan
penggantian air bak larva pemeliharaan setelah larva umur 10 hari
sebanyak 10 %, penggantian ini dilakukan setiap hari dengan volume yang
semakin meningkat sampai dengan panen.
4. Pemanenan Nener
Pemanenan nener dilakukan larva
masuk juvenil atau ukuran telah mencapai 1 – 1,5 cm yang biasanya
berumur 27 – 29 hari dari tetasan. Pemanenan nener dimulai dengan
menurunkan volume air 50 %. Setelah mencapai volume 50 %, dilakukan
penyeseran nener dan ditampung ke ember dan apabila nener tinggal
sedikit pipa saluran pengeluaran dibuka dan air dari saluran pengeluaran
ditampung dalam ember yang telah dimodifikasi dengan pemberian saringan
kasa dan nener yang telah banyak di dalam ember dipindahkan ketempat
lain dengan menggunakan serokan. Nener yang telah dipanen dipindahkan ke
tempat pengemasan dengan diberi aerasi.
C. Tahapan Penggelondongan Nener di Kolam Pendederan
1. Persiapan Kolam Pendederan
Kolam pendederan yang akan
digunakan untuk penggelondongan nener terlebih dahulu dibersihkan dan
dilakukan pengeringan kurang lebih 3 hari. Setelah proses pengeringan
selesai dilanjutkan pengisian tambak dengan air laut sampai ketinggian
air lebih kurang 80 cm. Selanjutnya dilakukan pemupukan menggunakan
pupuk organik cair dengan dosis 20 cc /m3 yang dilarutkan pada air
tambak. Setelah itu tambak yang telah diisi air dan telah diberi pupuk
tersebut didiamkan selama lima hari. Setelah perendaman selama lima hari
dan pakan alami sudah tumbuh barulah nener ukuran kecil dari hatchery
yang akan digelondongkan ditebar.
2. Pendederan Nener
Nener dari hatchery
berukuran antara 1 – 1,5 cm yang akan didederkan sebelumnya dilakukan
aklimatisasi atau penyesuaian terhadap lingkungan kolam pendederan.
Sebelum ditebar nener dimasukkan ke dalam kolam beserta tempat wadahnya
(packingnya), setelah air dalam wadah kondisinya sama dengan air kolam
barulah nener dikeluarkan dari wadahnya secara perlahan. Waktu yang
paling baik untuk penebaran nener pada saat pendederan adalah pagi hari
atau malam hari. Sedangkan kepadatan untuk pendederan nener pada saat
penggelondongan adalah 25 – 50 ekor /m2
3. Pemeliharaan Nener
Selama pemeliharaan,
selain pakan alami yang ada di kolam pendederan juga perlu diberikan
pakan tambahan. Pakan tambahan ini dapat berupa pakan buatan dalam
bentuk tepung dengan kandungan protein 30%. Pakan tambahan diberikan
sebanyak tiga kali dalam sehari. Aliran air pemasukan diatur setiap
hari, hal ini untuk menjaga kualitas kesegaran air selama pemeliharaan.
4. Pemanenan
Pemanenan nener
gelondongan dilakukan setelah nener sekitar 5 – 1o cm yang biasanya
berumur 2 bulan dari pendederan. Pemanenan dimulai dengan menurunkan
volume air 60 %. Setelah mencapai volume 40 %, dilakukan penyeseran
menggunakan hapa dan ditampung ke ember dan apabila nener tinggal
sedikit pintu air pengeluaran dibuka dan di saluran pengeluaran dipasang
jaring kantong, setelah nener di dalam kolam habis, nener yang sudah
masuk ke dalam jaring kantong ditampung dalam ember dan nener yang
telah banyak di dalam ember dipindahkan ketempat lain dengan menggunakan
serokan. Nener yang telah dipanen dipindahkan ke tempat pengemasan
dengan diberi aerasi.
D. Benih Bandeng (Nener) Air Tawar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar