Senin, 09 Desember 2013

Embriogenesis Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)



Ikan mas termasuk ikan yang memounyai nilai ekonomis penting dan digemari masyarakat. Ikan mas adalah ikan air tawar yang termasuk dalam ordo Ostariophysi, sub-ordo Cyprinodea, family Cyprinidae, genus Cyprinus dan spesies Cyprinus carpio. (Saanin, 1968)
Menurut Sumantadinata (1981), ikan mas mempunyai ciri-ciri badan memanjang dan agak pipih, lipatan mulut dengan bibir yang halus, dua pasang kumis (barbells) yang kadang-kadang satu pasang, sedangkan ukurannya dan warna badan sangat beragam. Ikan mas dipandang sebagai ikan yang paling cepat pertumbuhannya diantara semua keluarga Cyprinidae. Selain ikan mas tak ada ikan lain yang dapat diproduksi dalam jumlah yang sangat banyak (Permatasari, 2000).
Ikan mas adalah salah satu jenis ikan yang melakukan pembuahan secara eksternal dalam menjalankan proses reproduksinya. Sesaat setelah telur keluar dan bersentuhan dengan air, maka dua proses penting segera terjadi yaitu teradi proses masuknya air kedalam telur dan proses pengembangan/pembesaran dan pengerasan telur Proses pembuahan terjadi pada saat sperma terpadu dengan inti dan masuk kedalam telur melalui mikrofil (Aurelia et al, 2012).
Menurut Woynarovich dan Horvath (1980), proses masuknya sperna kedalam telur melalui mikrofil tersebut hanya berlangsung dalam waktu yang singkat yaitu antara 45 – 0 detik, kemudian mikrofil tertutup. Hal ini menyebabkan waktu yag tersedia bagi sperma untuk masuk kedalam telur sangat terbatas. Setelah proses pembuahan terjadi, segera telur mengembang dan kulit telur mulai mengeras. Pengembangan tellur terjadi dalam waktu satu sampai 2 jam, selanjutnya telur akan mengeras karena air. Menurut Blaxter dalam Hoar dan Randall (1969), pengerasan kulit berguna untuk melindungi embrio yang sangat sensitif pada saat-saat awal perkembangannya.
Telur yang telah terbuahi oleh sperma akan berwarna transparan (jernih), sedangkan telur yang tidak terbuai sangat mudah dibedakan. Telur yang tidak terbuahi akan segera kehilangan transparansinya dan menjadi keputih-putihan atau buram karena juning telur pecah dan menutup ruang periviteline, sehingga akhirnya telur tersebut akan mati (Nicholas et al, 2010). Telur ikan mas bersifat adhesive yaitu melekat pada substrat. Hal ini disebabkan adanya perekat yang mengandung glukoprotein pada telur yang matang. Lapisan ini tidak terdapat pada telur yang belum matang (Woynarovich dan Horvath, 1980).
Selama proses pengembangan, ukuran diameter telur ikan yang mengalami peningkatan hingga ukuran maksima.  Ukuran diameter telur ikan, mas (Cyprinus carpio) antara 1,5 mm sampai 1,8 mm (Kryzhanouskii dalam Permatasari, 2000). Sedangkan menurut Billard et al (1995), ukuran diameter telur ikan mas sekitar 1,14 mm sampai 1,42 mm. Pada periode perkembangan berbeda telur sangat sensitive terhadap penanganan. Telur-telur tersebut agak lemah sampai tercapai stadia terbentuknya mata, sedangkan bila telah mencapai bintik mata maka embrio telah cukup kuat dan dapat diangkat melalui jarak yang jauh. Beberapa hari sebelum menetas, embrio akan menjadi lemah kembali. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh melunaknya cangkang telur sebagai persiapan untuk pengeluaran embrio (Nicholas et al 2010).
Laju penetasan ada hubungannya dengan suhu (Aurelia et al, 2012), menyatakan bahwa jika temperature meningkat, maka proses inkubasi bertambah ccepat, sedangkan suhu air yang rendah dapat menghalangi perkembangan dan produksi enzim. Walaupun embrio dapat mentolerir air yang dingin akan tetapi embrio tidak dapat menetas karena produksi enzim terhambat. Laju perkembangan embrio akan lambat apabila ketersediaan oksigen berkurang, bahkan dapat membunuhnya (Waynorovich dan Horvath, 1980). Perkembangan embrio pada telur ikan mas yang telah dibuahi dapat dilihat pada Gambar 1.

Keterangan :
1.    Pembuahan telur                                         5.  Morula
2.    Pembelahan 2 sel                                        6.  Blastula     
3.    Pembelahan 4 sel                                        7.  Gastrula
4.    Pembelahan 8 sel                                        8 9. Penutupan blastopore 
 
 





Gambar 1.Perkembangan embrio pada telur ikan mas

Proses-proses perkembangan embrio telur ikan mas menurut Nelsen (1953) adalah sebagai berikut.
-          Clevage : pembelahan zigot secara cepat menjadi unit-unit sel yang lebih kecil yang disebut sebagai blastomer.
-          Blastulasi : proes yang menghasilkan blastula, yaitu campuran sel-sel blastomer yang membentuk rongga penuh cairan sebagai blastocoel.
-          Gastrulasi : proses pembelahan bakal organ yang sudah terbentuk pada saat blastulasi. Bagian-bagian yang terbentuk nantinya akan menjadi suatu organ atau suatu bagian dari organ.
-          Organogenesis : proses pembentukan berbagai organ tubuh. Menurut Sukra dalam Sumantadinata (1990), pada saat gastrulasi terjadi rentetan perpindahan bakal organ yang terbentuk ppada saat blastulasi dari permukaan blastula sebelah dalam menuju tempat-tempat yang defenitif.
Laju penetasan telur ikan meas terjadi setelah 46 – 144 jam setelah pembuahan pada suhu 25°C di daerah tropis. Akan tetapi pada suhu 27 – 28°C telur menetas setelah 43 jam dari pembuahan dengan persentase jumlah yang menetas 75 – 85% (Nicholas et al, 2010). Sedangkan menurut Billard et al, 1995, telur ikan mas akan menetas dalam waktu 15 – 18 jam setelah pembuahan pada suhu 27 – 31°C. Aurelia (2012) menerangkan bahwa penetasan terjadi 7 hari setelah pembuahan pada suhu 18°C, 3 hari pada suhu 25°C, dan dua hari pada suhu 30°C. Adapun lama waktu perubahan fase telur dari telur mulai dibuahi samoai menetas menurut Wardani (1996) dapat dilihatpada Tabel 1.
Tabel 1. Waktu Perubahan fase telur dari telur mulai dibuahi sampai menetas
Fase Telur setelah dibuahi
Lama Waktu Perubahan Fase
Telur yang membesar setelah dibuahi
15’
Pembelahan telur menjadi 2 sel
31’
Pembelahan telur menjadi 4 sel
48’
Pembuahan telur menjadi 8 sel
1.05’
Pembuahan telur menjadi 16 sel
1.17’
Pembuahan telur menjadi 32 sel
1.23’
Stadia Morula
2.47’
Stadia Blastula
5.45’
Stadia Gastrula
10.20’
Perkembangan kepala dan ekor
12.44’
Larva yang baru menetas
36.44’
.

Daftar Pustaka


Aurelia N, V Cristea, Daniela G, GV Hoha, dan Ionica BE. 2012. Embryonic And Larval Development of Japanese Ornamental Carp Cyprinus carpio
Billard R, O Linhart, S Kudo, V Slecthta, dan E V Mikodina. 1995. Morphology. Composition and Fertilization of Carp Eggs; Review. Aquaculture, 129 : 75-93.
Harvey BJ dan S Hoar. 1979. The Theory and Practices of Induced Breeding in Fish. IDRC-TS 21e, Ottawa.
Hoar WS dan DJ Randall. 1969. Fish Physiology. Vol III Reproduction and Growth. Printed in The United States of America.
Nelsen OE 1953. Comparative Embriology of Vertebrates. The Blankiston Company, New York
Nicholas JC, Thomas EH, Christoper IM, Mark AC, Atsuhi K, Yoshiaka N, Shugo W, dan Ian AJ. 2010. Temperature and the expression of myogenic regulatory factors (MRFs) and myosin heavy chain isoforms during embryogenesis in the common carp Cyprinus carpio L. The Journal of Experimental Biology 207, 4239-4248 p.
Permatasari D. 2000. Pengaruh Surfaktan Alkyl Sulfat (AS) Terhadap Mortalitas, Daya Tetas dan Abnormalitas Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Saanin H. 1968. Kunci Untuk Determinasi Ikan. Balai Penyelidikan Perikanan Darat. Jakarta.
Sumantadinata K. 1990. Pengembangbiakan Ikan-ikan Pemeliharaan di Indonesia. Sastra Hudaya.
Wardani SL. 199. Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio) Terhadap Derajat Pembuahan, Perkembangan Embrio dan Derajat Tetas Telur. Skripsi IPB, Bogor.
Woynarovich E dan L Horvath. 1980. The Artificial Propagation of Warnwater Finfishes. Manual Extention. FAO Fisherios Technical Paper No. 201. Roma.

Tidak ada komentar: