Ikan mas termasuk ikan yang memounyai
nilai ekonomis penting dan digemari masyarakat. Ikan mas adalah ikan air tawar
yang termasuk dalam ordo Ostariophysi, sub-ordo Cyprinodea, family Cyprinidae,
genus Cyprinus dan spesies Cyprinus
carpio. (Saanin, 1968)
Menurut Sumantadinata (1981), ikan mas
mempunyai ciri-ciri badan memanjang dan agak pipih, lipatan mulut dengan bibir
yang halus, dua pasang kumis (barbells) yang kadang-kadang satu pasang,
sedangkan ukurannya dan warna badan sangat beragam. Ikan mas dipandang sebagai
ikan yang paling cepat pertumbuhannya diantara semua keluarga Cyprinidae.
Selain ikan mas tak ada ikan lain yang dapat diproduksi dalam jumlah yang
sangat banyak (Permatasari, 2000).
Ikan mas adalah salah satu jenis ikan
yang melakukan pembuahan secara eksternal dalam menjalankan proses
reproduksinya. Sesaat setelah telur keluar dan bersentuhan dengan air, maka dua
proses penting segera terjadi yaitu teradi proses masuknya air kedalam telur
dan proses pengembangan/pembesaran dan pengerasan telur Proses pembuahan
terjadi pada saat sperma terpadu dengan inti dan masuk kedalam telur melalui
mikrofil (Aurelia et al, 2012).
Menurut Woynarovich dan Horvath (1980),
proses masuknya sperna kedalam telur melalui mikrofil tersebut hanya
berlangsung dalam waktu yang singkat yaitu antara 45 – 0 detik, kemudian
mikrofil tertutup. Hal ini menyebabkan waktu yag tersedia bagi sperma untuk
masuk kedalam telur sangat terbatas. Setelah proses pembuahan terjadi, segera
telur mengembang dan kulit telur mulai mengeras. Pengembangan tellur terjadi
dalam waktu satu sampai 2 jam, selanjutnya telur akan mengeras karena air.
Menurut Blaxter dalam Hoar dan Randall (1969), pengerasan kulit berguna untuk
melindungi embrio yang sangat sensitif pada saat-saat awal perkembangannya.
Telur yang telah terbuahi oleh sperma
akan berwarna transparan (jernih), sedangkan telur yang tidak terbuai sangat
mudah dibedakan. Telur yang tidak terbuahi akan segera kehilangan
transparansinya dan menjadi keputih-putihan atau buram karena juning telur
pecah dan menutup ruang periviteline, sehingga akhirnya telur tersebut akan mati
(Nicholas et al, 2010). Telur ikan
mas bersifat adhesive yaitu melekat pada substrat. Hal ini disebabkan adanya
perekat yang mengandung glukoprotein pada telur yang matang. Lapisan ini tidak
terdapat pada telur yang belum matang (Woynarovich dan Horvath, 1980).
Selama proses pengembangan, ukuran
diameter telur ikan yang mengalami peningkatan hingga ukuran maksima. Ukuran diameter telur ikan, mas (Cyprinus carpio) antara 1,5 mm sampai
1,8 mm (Kryzhanouskii dalam Permatasari, 2000). Sedangkan menurut Billard et al (1995), ukuran diameter telur ikan
mas sekitar 1,14 mm sampai 1,42 mm. Pada periode perkembangan berbeda telur
sangat sensitive terhadap penanganan. Telur-telur tersebut agak lemah sampai
tercapai stadia terbentuknya mata, sedangkan bila telah mencapai bintik mata
maka embrio telah cukup kuat dan dapat diangkat melalui jarak yang jauh.
Beberapa hari sebelum menetas, embrio akan menjadi lemah kembali. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh melunaknya cangkang telur sebagai persiapan untuk
pengeluaran embrio (Nicholas et al
2010).
Laju penetasan ada hubungannya dengan
suhu (Aurelia et al, 2012),
menyatakan bahwa jika temperature meningkat, maka proses inkubasi bertambah
ccepat, sedangkan suhu air yang rendah dapat menghalangi perkembangan dan
produksi enzim. Walaupun embrio dapat mentolerir air yang dingin akan tetapi
embrio tidak dapat menetas karena produksi enzim terhambat. Laju perkembangan
embrio akan lambat apabila ketersediaan oksigen berkurang, bahkan dapat
membunuhnya (Waynorovich dan Horvath, 1980). Perkembangan embrio pada telur
ikan mas yang telah dibuahi dapat dilihat pada Gambar 1.
|
Proses-proses perkembangan embrio telur
ikan mas menurut Nelsen (1953) adalah sebagai berikut.
-
Clevage
: pembelahan zigot secara cepat menjadi unit-unit sel yang lebih kecil yang
disebut sebagai blastomer.
-
Blastulasi
: proes yang menghasilkan blastula, yaitu campuran sel-sel blastomer yang
membentuk rongga penuh cairan sebagai blastocoel.
-
Gastrulasi
: proses pembelahan bakal organ yang sudah terbentuk pada saat blastulasi.
Bagian-bagian yang terbentuk nantinya akan menjadi suatu organ atau suatu
bagian dari organ.
-
Organogenesis
: proses pembentukan berbagai organ tubuh. Menurut Sukra dalam Sumantadinata
(1990), pada saat gastrulasi terjadi rentetan perpindahan bakal organ yang
terbentuk ppada saat blastulasi dari permukaan blastula sebelah dalam menuju
tempat-tempat yang defenitif.
Laju penetasan telur ikan meas terjadi
setelah 46 – 144 jam setelah pembuahan pada suhu 25°C di daerah tropis. Akan tetapi
pada suhu 27 – 28°C telur menetas setelah 43 jam dari pembuahan dengan
persentase jumlah yang menetas 75 – 85% (Nicholas et al, 2010). Sedangkan menurut Billard et al, 1995, telur ikan mas akan menetas dalam waktu 15 – 18 jam
setelah pembuahan pada suhu 27 – 31°C. Aurelia (2012) menerangkan bahwa
penetasan terjadi 7 hari setelah pembuahan pada suhu 18°C, 3 hari pada suhu
25°C, dan dua hari pada suhu 30°C. Adapun lama waktu perubahan fase telur dari
telur mulai dibuahi samoai menetas menurut Wardani (1996) dapat dilihatpada
Tabel 1.
Tabel 1. Waktu Perubahan fase telur dari telur mulai
dibuahi sampai menetas
Fase Telur setelah dibuahi
|
Lama Waktu Perubahan Fase
|
Telur
yang membesar setelah dibuahi
|
15’
|
Pembelahan
telur menjadi 2 sel
|
31’
|
Pembelahan
telur menjadi 4 sel
|
48’
|
Pembuahan
telur menjadi 8 sel
|
1.05’
|
Pembuahan
telur menjadi 16 sel
|
1.17’
|
Pembuahan
telur menjadi 32 sel
|
1.23’
|
Stadia
Morula
|
2.47’
|
Stadia
Blastula
|
5.45’
|
Stadia
Gastrula
|
10.20’
|
Perkembangan
kepala dan ekor
|
12.44’
|
Larva
yang baru menetas
|
36.44’
|
.
Daftar Pustaka
Aurelia N, V Cristea, Daniela G, GV Hoha, dan Ionica
BE. 2012. Embryonic And Larval Development of Japanese Ornamental Carp Cyprinus carpio
Billard
R, O Linhart, S Kudo, V Slecthta, dan E V Mikodina. 1995. Morphology. Composition
and Fertilization of Carp Eggs; Review. Aquaculture, 129 : 75-93.
Harvey
BJ dan S Hoar. 1979. The Theory and Practices of Induced Breeding in Fish.
IDRC-TS 21e, Ottawa.
Hoar
WS dan DJ Randall. 1969. Fish Physiology. Vol III Reproduction and Growth. Printed
in The United States of America.
Nelsen
OE 1953. Comparative Embriology of Vertebrates. The Blankiston Company, New
York
Nicholas JC, Thomas EH, Christoper IM, Mark AC,
Atsuhi K, Yoshiaka N, Shugo W, dan Ian AJ. 2010. Temperature and the expression
of myogenic regulatory factors (MRFs) and myosin
heavy chain isoforms during embryogenesis in the common carp Cyprinus carpio
L. The Journal of Experimental Biology 207, 4239-4248 p.
Permatasari D. 2000. Pengaruh Surfaktan Alkyl Sulfat
(AS) Terhadap Mortalitas, Daya Tetas dan Abnormalitas Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio). Skripsi. Institut
Pertanian Bogor.
Saanin
H. 1968. Kunci Untuk Determinasi Ikan. Balai Penyelidikan Perikanan Darat.
Jakarta.
Sumantadinata
K. 1990. Pengembangbiakan Ikan-ikan Pemeliharaan di Indonesia. Sastra Hudaya.
Wardani
SL. 199. Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio) Terhadap Derajat Pembuahan, Perkembangan Embrio
dan Derajat Tetas Telur. Skripsi IPB, Bogor.
Woynarovich E dan L Horvath. 1980. The Artificial Propagation
of Warnwater Finfishes. Manual Extention. FAO Fisherios Technical Paper No.
201. Roma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar