Kamis, 29 Mei 2008

Proposal PKL Khairi Mizwar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Saat ini ikan kerapu banyak sekali di incar eksportir karena harganya yang tinggi serta paling laris di pasaran. Sayangnya eksportir sulit mendapatkan pasokan ikan dalam jumlah besar dan kontinu. Pasalnya pemasoknya masih mengandalkan hasil tangkapan alam. Resikonya, hasil tangkapan sangat bergantung kepada kondisi perairan setempat. Ombak dan arus yang mengganas merupakan hambatan yang sering sekali terjadi.
Hasil tangkapan juga jarang bisa hidup. Ini lantaran alat tangkap yang di gunakan kurang mendukung. Penggunaan bubu, bagan, atau pancing sebagai alat tangkap sering kali membuat ikan terluka gesekan atau tusukan mata pancing sehingga melemahkan kondisi tubuhnya. Menangkap hidup – hidup dengan tangan jelas sulit di lakukan.
Melihat alasan itu potensi budi dayanya akan sangat menjanjikan. Bahkan budi daya kerapu tikus dapat menjadi usaha bisnis yang menguntungkan. Selain itu menjaminkontinuitas pasokan, target produksi pun dapat di atur sesuai permintaan pasar tanpa bergantung pada kondisi alam. Keuntungan lain, kerapu hasil pembesaran / budi daya juga akan lebih sehat dan lebih tahan hidup.
Berdasarkan hal – hal yang di kemukakan di atas penulis merumuskan satu judul yaitu: PEMBESARAN KERAPU TIKUS (Cromileptes altivalis) DALAM KERAMBA JARING APUNG DI KECAMATAN SEI BAMBAN KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA.

1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktek Keterampilan Lapangan (PKL) antara lain
1. Untuk memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Nasional agar dapat menyelesaikan studi di SMK Negeri 1 Talawi.
2. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pelaksanaan pembesaran kerapu di dalam Keramba Jaring Apung.
3. Menambah percaya diri setelah belajar di bangku sekolah di tambah lagi dari wawasan yang di dapat ketika melakukan Praktek Keterampilan Lapanagan (PKL).
4. Melatih diri untuk terampil dalam melakukan kegiatan pembesaran kerapu di jaring apung.
1.2.2. Manfaat
Adapun manfaat yang di dapat dari pelaksanaan Praktek Keterampilan Lapangan (PKL) antara lain :
1. Secara akademis, untuk menambah ilmu pengetahuan tentang ilmu perikanan terutama dalam pembesaran kerapu tikus di dalam Keramba Jaring Apung, yang mana pengetahuan tersebut merupakan salah satu kajian keilmuan pada program keahlian budi daya perikanan laut.
2. Secara praktis, di harapkan dapat memberikan masukan, sumbangan pemikiran kepada pengusaha / pembudi daya kerapu di Keramba Jaring Apung dalam menciptakan mutu ikan yang berkualitas tinggi dan dapat di terima di pasar internasional.
1.3. Sasaran
Adapun sasaran yang harus di lakukan agar tujuan dapat tercapai yaitu:
1. Memahami lebih dalam terlebih dahulu tentang pembesaran kerapu di KJA.
2. Melakukan kegiatan pembesaran sesuai prosedur kegiatan.












BAB II
METODOLOGI PRAKTEK

2.1. Waktu dan Tempat
Praktek Ketreampilan lapangan (PKL) dimulai pada hari Rabu tanggal 20 Agustus 2008 sampai dengan hari kamis tanggal 20 November 2008. Tempat praktek di lakukan di Keramba Jaring Apung, khusus dalam pembesaran ikan kerapu di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Langkat, Sumatera Utara,

2.2. Metode Praktek
Metode praktek yang di gunakan terdiri dari tiga metode yaitu:

2.2.1. Praktek
Praktek adalah suatu kegiatan yang di lakukan / kegiatan kedua belajar setelah teori dengan tujuan mempertajam ilmu yang di dapat dari sekolah maupun instansi – instansi yang lain.
Pada metode ini dilaksanakan langsung oleh penulis, dimana penulis ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut sesuai dengan prosedur kegiatan pada halaman lampiran.

2.2.2. Obsevasi
Observasi adalah pengamatan pendahuluan daerah – daerah atau objek yang akan di teliti dan sekaligus memeriksa kebenaran – kebenaran secara teoritis yang di kaitkan dengan kondisi – kondisi geologi di lapangan.
Pada metode ini dilakukan pengamatan kangsung di lapangan sesuai dengan objek yang di amati.

2.2.3. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara melakukan komunikasi langsung dengan responden / pengusaha.
Metode wawancara ini dilakukan secara langsung kepada narasumber / responden yang ingin di wawancarai dan merangkumnya kembali.
2.3. Bahan dan Alat.
2.3.1. Bahan
1) Pembuatan rakit
a. Tali rakit yang berdiameter 3 – 5 cm, serta panjangnya 12 meter.
2) Membuat jaring
a. Jaring PE dengan mata jaring 2 inci, 9 x 3 meter.
b. Tali plastik
c. Tali rakit yang berdiameter 1 cm.
3) Pengadaan benih
a. Benih kerapu tikus
b. Prevuran / tetrasiklin/ chloramphenicol 15 – 50 ppm.
4) Perawatan
a. Prevuran/ nitrofurazone 15 ppm
b. Oxytetrasiklin 0,5 gram per kg pakan.

2.3.2. Alat
1) Pemilihan lokasi keramba
a. DO meter
b. Refraktometer
c. Termometer
d. pH meter
e. Sacchi disk
2) Pembuatan rakit
a. Kayu atau bambu
9 buah drum plastik / drum oli / pelampung sterofoam
4 buah jangkar yang berbobot 25 kg – 50 kg.
3) Membuat jaring
a. 50 buah timah.
4) Penebaran benih
a. Refraktometer
b. pH meter
c. cangkir plastik.
5) Perawatan
a. Pakan
b. Berus ijuk
Shading net

2.4. Prosedur Pelaksanaan
Di dalam pelaksanaan kegiatan ini penulis ikut serta melakukannya dengan prosedur di bawah ini:
2.4.1. Pemilihan Lokasi Pembesaran
Ada beberapa faktor yang harus di perhatikan dalam memilih lokasi pembesaran, seperti gangguan alam, pencemaran, predator dan lalu lintas laut. Hal ini akan menyangkut kepada keberhasilan pembesaran nantinya.
Di laut ombak, badai, dan gelombang besar akan berlangsung terus menerus yang nantinya dapat mengakibatakan lingkungan budi daya akan bergelombang sehingga membuat ikan stress. Selain dapat membuat ikan stress, gangguan tersebut juga dapat membuat konstruksi keramba menjadi porak – poranda, bahkan dapat menyebabkan keramba hanyut.
Selain gangguan tersebut factor pencemaran juga harus di perhatikan dalam memilih lokasi pembesaran. Apakah di perairan tersebut terdapat limbah berupa sampah – sampah organik, sisa pestisida, plastik, deterjen dan bahan – bahan berbahaya lainnya. Lokasi pembesaran harus di hindari dari bahan kimia berbahaya, terutama bahan yang mengandung logam berat atau bahan beracun yang dapat mengancam kehidupan bagi ikan dan orang yang mengkonsumsinya.
Selain faktor – faktor tersebut faktor kualitas air juga harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
- kecerahan minimal 3 – 5 meter.
- Salinitasnya 30 – 33 ppt.
- Suhu air 24º C – 32º C.
- pH air 7 – 9
- Kecepatan arus 20 – 50 cm/detik
- DO nya minimal 3 ppm
- Kedalaman perairan minimal 7 – 15 meter.
- Tinggi air pasang di atas 1 meter.

2.4.2. Penyiapan Keramba Jaring Apung
Jenis keramba bermacam – macam, tetapi yang harus di gunakan adalah KJA yang terbaik. Konstruksinya terdiri dari keramba – keramba jaring yang di pasangkan pada rakit terapung.

1. Pembuatan Rakit
Untuk membuat Keramba Jaring Apung yang pertama di buat adalah rakit apungnya. Bahan baku bisa dari kayu, bambu, pipa besi, atau paralon, dan di lengkapi pelampung untuk mengapungkannya. Yang umum di gunakan adalah bambu dan kayu.
Sebagai pelampung di gunakan drum plastik, drum oli, atau pelampung stereofoam. Satu unit rakit minimal memerlukan 9 buah pelampung. Tiga buah di pasang masing – masing di sisi kiri dan kanan, serta tiga lagi di tengah. Agar tidak hanyut maka rakit di pasangi jangkar. Satu unit rakit memerlukan 4 buah jangkar berbobot 25 kg – 50 kg. Jangkar ini di ikatkan ke rakit menggunakan tali rakit kuat dan berdiameter 3 – 5 cm serta panjang 3 – 5 kali kedalaman rakit. Agar lebih aman, setiap rakit di tambahkan karung berisi pasir sebagai penahan.

2. Membuat Jaring
Dalam pembesaran, keramba di buat berukuran 3m x 3m x 3m, menggunakan jaring PE dengan mata jaring 2 inci.
Keramba di buat sedemikian rupa hingga membentuk kubus tak tertutup. Sisi – sisinya yang berpasangan di rajut dengan tali plastik. Setiap sambungan itu di tambahkan tali berdiameter 1 cm dan di rajut. Untuk tepi bawahnya di pasangkan timah – timah berlubang berbobot khusus dengan jarak antar timah 5 cm. setelah itu keramba di pasangkan pada rakit yang telah di siapkan.


2.4.3. Pemeliharaan
Adapun kegiatan pemeliharaan yang di lakukan antara lain:
1. Pengadaan Benih
Kondisi benih penting sekali dalam pembesaran agar hasil produksi memuaskan. Benih harus bermutu baik, sehat, dan seragam ukurannya. Benih yang sehat biasanya berwarna cerah, gerakannya lincah, aktif, nafsu makan tinggi, dan tidak cacat pada sirip, sisik, maupun bagian tubuh lain. Ukuran benih untuk pembesaran berkisar antara 20cm – 25cm.
Benih yang di gunakan bisa di peroleh dengan beberapa cara. Yakni menangkap langsung dari alam, membeli di nelayan penangkap / hatchery, atau membenihkan sendiri. Benih terbaik adalah benih hasil pembenihan sendiri. Benih hasil pembenihan berjumlah banyak, ukuran lebih seragam, dan kualitasnya terjamin.

2. Penebaran Benih
Penebaran benih di lakukan dengan cara menyamakan salinitas, suhu, dan pH dari dalam kantong plastik ke dalam wadah dan media pembesaran. Untuk menyamakan suhu diawali dengan mengapungkan plastik kemas yang masih berisi oksigen dan benih di atas permukaan media selama 15 – 30 menit. Setelah di perkirakan suhu di antara keduanya sama, maka buka kantong plastikdan masukkan perlahan – lahan air di wadah pembesaran ke dalam plastik kemas sampai penuh, fungsinya untuk menyamakan salinitas dan pH. Setelah itu tuangkan plastik kemas yang berisi benih kerapu itu ke dalam wadah pembesaran secara perlahan – lahan. Penuangan di lakukan di dalam air. Setelah larva di tebar semua, maka rapikan peralatan. Sebaiknya penebaran benih ini di lakukan pada pagi dan sore hari atau dalam keadaan cuaca mendung.

3. Perawatan
Pada pembesaran kerapu di keramba yang berukuran 3m x 3m x 3m di masukkan benih dengan padat penebaran 40 – 50 ekor/m³. Pakan yang di berikan berupa ikan rucah. Dosis pakannya 5 % - 8% dari berat total tubuh ikan perhari. Pemberiannya di lakukan 2 kali sehari, pagi dan sore hari. Selain pakan, perlu juga tambahan vitamin seminggu sekali. Biasanya selam 5 – 6 bulan di keramba pembesaran ikan akan mencapai ukuran konsumsi ( 500 – 800 gram/ekor).
Selain ikan rucah, sebenarnya ikan dapat di beri pakan buatan berupa pellet. Malahan pellet memiliki komposisi formula yang lengkap, termasuk vitamin dan mineral sesuai kebutuhan, pellet juga dapat di simpan lama. Hanya saat ini belum banyak yang memproduksi pellet untuk pakan kerapu.
Di dalam pembesaran juga di perlukan grading atau penyamaan ukuran ikan. Seperti kita ketahui bahwa ikan kerapu mempunyai sifat kanibalisme, yaitu memakan sesama jenis apabila ukurannya lebih kecil. Grading di lakukan agar jumlah populasi ikan di dalam keramba tidak berkurang. Grading di lakukan tiap 2 – 4 bulan sekali.
Perawatan dan pengontrolan jaring perlu di perhatikan. Jaring yang kotor dapat menghambat sirkulasi air dan oksigen. Bila di biarkan hal ini akan menghambat pertumbuhan ikan. Tidak hanya itu, adanya tritip dan lumut juga dapat menjadi sarang penyakit. Kasus sirip sobek atau cacat, juga tak lepas dari masalah ini. Karena itu jaring harus di ganti minimal setiap 2 minggu sekali. Jaring yang kotor di jemur sampai kering kemudian di cuci bersih lalu di jemur lagi sampai kering. Setelah itu jaring siap di pakai kembali
Ikan juga harus di hindari dari kondisi stress yang menurunkan nafsu makan. Bahkan dalam kondisi lebih buruk dapat menyebabkan ikan muntah – muntah sehingga menghambat pertumbuhan. Stress terjadi karena guncangan air, atau perubahan kondisi lingkungan mendadak. Permukaan jaring juga sebaiknya di tutup bilik atau shading net agar kondisi dalam keramba menjadi gelap. Hal ini karena kerapu tikus bersifat nokturnal ( aktif pada malam hari).
Hindarkan pula penempatan unit keramba di dekat lokasi tambak. Masuknya air tawar ke lokasi pembesaran dapat menurunkan kualitas air . ikan menjadi rentan terserang penyakit vibriosis yang di sebabkan oleh bakteri Vibriosis sp. Untuk vibriosis yang di tandai sirip dan kulit memborok dan daging pecah – pecah dapat di obati dengan antibiotic / antiseptic. Aplikasinya melalui perendaman dalam larutan prefuran atau Nitrofurazone 15 ppm selama minimal 4 jam. Bisa juga secara oral dengan oxytetracyclin sebanyak 0,5 gram per kg pakan selama 7 hari. Sisa pakan yang tidak di makan ikan juga harus di buang. Sebab kalau tidak, ikan lain akan menyambar dari luar sehingga membuat jaring bolong.

4. Sampling
Sampling yaitu teknik mengambil contoh pada suatu objek. Sampling ini berfungsi untuk mengetahuikesehatan dan kondisi ikan, pertambahan berat harian, tingkat kelangsungan hidup, serta Biomassa. Untuk mengamati pertumbuhan dan kelangsungan hidup di lakukandi lakukan sampling selama 7 – 10 hari sekali. Data yang di peroleh di gunakan untuk menentukan jumlah (dosis) pakan harian selain itu dapat di pergunakan pula untuk menghitung:
· ABW (Average Body Weight)
Yaitu berat rata – rata ikan hasil sampling (berat seluruh ikan (gr) / jumlah ikan (ekor)).
· ADG (Average Daily Gain)
Yaitu pertambahan berat harian dalam satu periode (10 hari)
(ABW II (gr), ABW I (gr) T (hari)).
T = Periode sampling pertama dan kedua
· SR (Survival Rate %)
Yaitu kelangsungan hidup di bandingkan pada saat tebar .
( ∑ udang yang hidup / ∑ tebar ) x 100%
· Biomassa
Yaitu ∑ total berat ikan yang ada di keramba (kg)
( ∑ tebar benur x SR x ABW ) / 1000.
· FCR (Feed Convertion Ratio) / Konversi Pakan
Yaitu :
- Perbandingan antar pakan yang di gunakan dengan daging ikan yang di hasilkan (biomassa ikan).
- Jumlah pakan yang habis di gunakan di bagi biomassa ikan yang ada atau dapat di gunakan rumus :
Konversi Pakan = ______F______
(Wt + D) – W0
F = ∑ pakan yang di berikan selama pemeliharaan
W0 = Berat awal ikan rata – rata
Wt = Berat akhir ikan rata – rata
D = ∑ berat ikan yang mati selama pemeliharaan.

2.4.4. Panen
Panen sebaiknya di lakukan pada sore dan pagi hari. Panen umumnya di sesuaikan dengan ukuran yang di kehendaki pasar. Ukuran konsumsi ikan kerapu 500 gram – 800 gram. Rata – rata hasil panen untuk satu 1 unit keramba yang terdiri atas 4 buah petak pembesaran berukuran 3m x 3m x 3m adalah 2 ton – 2,5 ton dengan perkiraan kematian alami 5% - 10%. Pada hari pemanenan , pemberian pakan di hentikan. Selanjutnya tali pemberat pada keramba di lepas dan jaring di angkat perlahan – lahan. Setelah itu ikan di pindahkan ke atas kapal yang di lengkapai palka khusus untuk menampung ikan atau langsung di kemas di atas rakit secara tertutup menggunakan plastik berisi air dan oksigen. Setiap plastik berisi 5 – 6 ekor ikan, di beri obat penenang dan desinfektan, lalu di angkut ke darat.
Di darat ikan di masukkan ke bak penampungan berisi air dengan suhu sekitar 29 º C - 20º C. Di sini ikan di puasakan selama beberapa hari sebelum di kemas lagi untuk di kirim ke eksportir atau langsung di pasarkan ke luar negeri.












BAB III
PENUTUP

Demikianlah proposal ini di susun sebagai pedoman dalam persiapan / pelaksanaan Praktek Keterampilan Lapangan (PKL) bagi siswa SMK Negeri 1 Talawi. Mudah – mudahan rencana kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan yang di harapkan serta dapat pula bermanfaat bagi penulis dan orang lain.
Akhirnya penulis berserah diri kepada Allah SWT. Apapun yang di berikannya merupakan yang terbaik bagi kita, semoga kita berada di antara orang – orang yang terbaik itu.





















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Rahasia Membesarkan Kerapu Bebek, Majalah Trubus Edisi XVII, Halaman 5 - 12.
_______. 2003. Modul Pembesaran Ikan Kerapu Didalam Keramba Jaring Apung. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Nonny. 2004. Modul Pembesaran Udang. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.






Tidak ada komentar: